Sekitar 12 persen anak usia sekolah di Singapura mengalami obesitas. Menurut survei Kementerian Kesehatan dua tahun lalu pada orang tua dan pengasuh, hampir 80 persen anak meminta makanan atau minuman tertentu setelah melihat iklan. Kemungkinan mereka mengidap penyakit jantung, diabetes, atau tekanan darah tinggi saat dewasapun semakin besar.
“Penelitian menunjukkan bahwa iklan makanan mempengaruhi preferensi makanan anak, permintaan pembelian, dan pola konsumsi. Sangat penting untuk menumbuhkan kebiasaan makan sehat pada anak karena mereka akan membawa kebiasaan ini sepanjang hidupnya,” tutur Muhammad Faishal Ibrahim, Sekretaris Parlemen untuk Kesehatan, seperti dilansir dari The Straits Times (30/09/2014).
Untuk itulah Kementerian Kesehatan pada Selasa (30/09) mengumumkan pedoman baru guna mengurangi paparan iklan produk tak sehat pada anak. Pedoman ini berlaku untuk semua bentuk media.
Mulai 1 Januari 2015, perusahaan yang ingin mengiklankan makanan dan minuman untuk anak usia kurang dari 12 tahun harus memastikan produknya sesuai dengan standar gizi minimum disebut Common Nutrition Criteria. Sebelum iklan dapat diluncurkan, perusahaan juga harus memenuhi Nutrition Criteria Compliance Certificate.
Standar ini membatasi jumlah kandungan bahan makanan tak sehat seperti sodium, lemak jenuh, dan gula. Misalnya biskuit gurih mengandung nilai kalori kurang dari 170. Perusahaanpun didorong memakai komponen sehat seperti serat dan whole grain pada produk berbasis sereal.
Pedoman baru akan dimasukkan dalam Singapore Code of Advertising Practice yang diatur Advertising Standards Authority of Singapore (ASAS). ASAS nantinya akan melakukan inspeksi mendadak untuk memastikan iklan sesuai dengan pedoman. Bila konsumen mencurigai adanya kecurangan, mereka bisa menyampaikannya melalui ASAS.
(fit/odi)