Pasar Mampang mulai diremajakan bangunannya pada tahun 1997 dan akan berakhir pada bulan September 2017. Pasar ini memiliki hak pakai hingga 20 tahun. Jika dilihat, pasar ini memang tak seramai dulu. Banyak jajaran kios yang kosong ataupun tutup dibagian dalam pasar.
Dengan luas 2.700 m, sekitar 60 persen dengan jumlah 230 pedagang menempati kios-kios di pasar Mampang. Jika dilihat dari tahun sebelumnya, pasar ini mengalami penurunan peminat yang cukup besar. Karenanya perlu dilakukan pengembangan.
“Sepinya pasar Mampang secara demografi memang dikarenakan terlalu banyak gedung, supermarket dan hotel. Sehingga tempat tinggalpun sudah jarang dan kebanyakan orang sekarang berbelanja ke supermarket karena lebih nyaman dan fasilitasnya lebih lengkap.” tutur Suherman selaku Kepala Pasar Mampang Jakarta Selatan.
Banyak para pedagang yang lebih memilih untuk berjualan di tempat lain atau di kaki lima karena dinilai lebih ramai ketimbang di dalam pasar. “Yang mampir paling orang pulang kantor yang kebetulan melintas di sini,” jelas Suherman saat ditemui oleh Detikfood.
Selain Kepala Pasar Mampang, beberapa pedagang juga menuturkan hal yang serupa. “Kantinnya sudah berdiri sejak 1 tahun yang lalu, akan tetapi kami hanya mengandalkan delivery ke kantor atau ke rumah-rumah karena peminat yang makan disini jarang,” tutur Sumiati selaku pemilik kantin.
Kini, para penjual di pasar Mampang hanya mengandalkan para pemilik rumah makan atau restoran yang berbelanja di sini atau mengandalkan penduduk setempat yang berada di belakang pasar untuk membeli sembako hingga keperluan rumah tangga.
Syahroni merupakan salah satu penjual daging di pasar ini. Menurutnya, pada tahun 80-an ada sekitar 25 penjual daging dan sekarang hanya tersisa lima penjual daging. Pasarnya sepi karena banyak pasar kecil (non pasar Jaya) yang bermunculan. Seperti Arion Pancoran sehingga saingan semakin banyak.
Rencananya, ditahun 2017 pasar ini akan direvitalisasi dengan beberapa cara. Pertama, mungkin akan diperpanjang hak pakainya selama 5 atau 10 tahun. Kedua, bisa saja membangun ulang pasar dengan konsep dan pengembangan yang berbeda sesuai dengan musyawarah para pedagang serta pemerintah setempat.
Cara ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas serta pengembangan pasar tradisional. Biaya sewa di pasar ini termasuk murah yaitu biaya sewa rata-rata perbulan adalah sebesar Rp 160.000 di luar listrik serta biaya pengelolaan (retribusi) sekitar 150.000 perbulan.
Tak hanya bangunan pasar, di area parker bagian depan juga digunakan untuk berjualan makanan di malam hari dengan pungutan biaya sekitar Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per hari di luar listrik.
Walaupun tempatnya strategis, akan tetapi di depan pasar Mampang memang terkenal macet. Hal ini juga yang menjadi salah satu sebab orang malas untuk berkunjung ke sini.
(lus/odi)