Studi dilakukan oleh University Hospital di Basel, Swiss. Tim peneliti menguji 154 talenan dari University Hospital dan 144 talenan yang digunakan untuk menyiapkan daging unggas, sapi, dan ikan di rumah- rumah. 64 dari 154 talenan dari rumah sakit digunakan untuk menyiapkan daging unggas, sementara dari rumah warga terdapat 62 talenan yang digunakan untuk memotong unggas.
Mereka juga meneliti 20 sarung tangan yang digunakan oleh staff dapur rumah sakit setelah digunakan untuk memegang daging unggas. Tim peneliti menguji semua sample untuk menemukan extended-spectrum beta-lactamases (ESBL),produsen bakteri E.coli yang tahan terhadap berbagai jenis obat.
Tidak satupun talenan yang digunakan untuk daging selain unggas terbukti positif tercemar ESBL, tapi 6,5 persen talenan dari rumah sakit dan 3,5 persen dari rumah yang digunakan untuk menyiapkan daging unggas terbukti positif terpapar bakteri E. coli. Sebagai tambahan, setengah dari sarung tangan mengandung ESBL yang memproduksi bakteri E. coli. Adanya bakteri tersebut tidak terpengaruh oleh negara asal daging datang.
“Studi kami menyediakan bukti bahwa peralatan dapur dan tangan bisa sangat mudah terkontaminasi ESBL pemicu E. coli setelah memproses daging unggas mentah. Penemuan ini menegaskan kebersihan tangan tak hanya setelah menangani daging unggas mentah tapi juga untuk talenan yang digunakan,” tutur tim peneliti dalam studi yang diterbitkan di jurnal Infection Control and Hospital Epidemiology.
Menurut penelitian Centers for Disease Control and Prevention ayam dan burung yang dikelompokkan sebagai unggas tidak selalu menjadi sumber bakteria yang menyebabkan keracunan makanan. Sayuran berdaun dan bayam juga menjadi sumber keracunan makanan.
(dni/odi)