Temuan ini mengejutkan mengingat red wine lebih umum dikonsumsi di negara Barat. Seperti diberitakan Independent (31/01/2014), asosiasi perdagangan wine bernama Vinexpo mengungkapkan, tahun 2013 konsumsi red wine di negeri padat penduduk tersebut mencapai 1,8 milyar lebih.
Bila jumlah ini dikonversikan dalam botol red wine berukuran sembilan liter, maka masyarakat China mengonsumsi 155 juta botol red wine dalam setahun. Sementara itu Prancis berada di posisi kedua dengan konsumsi sebanyak 150 juta botol red wine. Urutan ketiga ditempati Italia dengan jumlah 140 juta botol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun bila dilihat per kapita, konsumsi red wine di China masih jauh lebih rendah dibandingkan Prancis dan Italia. Penelitian menunjukkan konsumen di China hanya minum 1,5 liter red wine per orang pada tahun 2013.
Selama enam tahun terakhir, total konsumsi red wine di China meroket hingga 136 persen. Peneliti mengatakan kenaikan angka ini disebabkan oleh semakin banyaknya orang kaya yang membeli barang-barang mewah seperti red wine.
Selain itu, preferensi budaya di China yang juga berperan dalam menyumbang tingginya angka konsumsi red wine. Di China, red wine kini lebih dipilih daripada white wine. Warna merah dianggap sebagai lambang nasib baik, kekayaan, dan kekuasaan.
Sedangkan warna putih dikaitkan dengan kematian. Hal ini membuat banyak pebisnis China memilih menyajikan red wine kepada tamu mereka.
โMerah juga dikaitkan dengan kesehatan yang baik,โ ujar perwakilan Vinexpo, Guillaume Deglise.
Lebih dari 80 persen wine yang dikonsumsi di China merupakan produk lokal. Tetapi wine impor juga dengan cepat merebut pangsa pasar.
Impor wine meningkat 7 persen selama enam tahun terakhir. Secara keseluruhan, Amerika Serikat tetap menjadi konsumen wine terbesar di dunia. Dengan perkiraan total konsumsi sebanyak 385 juta botol wine pada tahun 2017.
(dni/odi)