Terletak di basement gedung perkantoran, nuansa Jepang klasik dengan dominasi kayu hitam membedakan Udonku dengan restoran di sekitarnya. Konsep restorannya seperti warung udon pinggir jalan. Tempatnya mungil dan berpenerangan temaram, menimbulkan kesan malam hari.
Chefnya yang asli Jepang meracik udon di bawah tangga. Seperti namanya, di Udonku kita bisa memilih ukuran, jenis kuah, dan topping udon sesuai selera. Kalau tak mau repot, adapula udon lengkap di daftar menunya. Selain itu, tersedia macam-macam camilan teman minum sake, shochu, bir, atau whisky.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya, teba ankake (Rp 28.000) jadi pesanan pertama kami. Daging paha ayam diisi irisan wortel, dipasangkan ke tulangnya, dilumuri tepung panir, lalu digoreng. Dua potong ayam ini disajikan di mangkuk berisi kuah kaldu kental dan daun bawang. Hmm... Rasanya renyah gurih!
Su udon (udon reguler, Rp 35.000) dengan tambahan gyuniku (irisan daging sapi manis, Rp 15.000) jadi menu utama kali ini. Disajikan di mangkuk besar, kuahnya yang berwarna cokelat tua tampak merendam udon. Rasanya agak manis. Udonnya sendiri terasa lembut lentur dengan sedikit tekstur kenyal.
Daging sapinya sulit ditemukan karena bercampur dengan katsuobushi dan dipotong kecil-kecil. Sesekali tampak irisan bawang Bombay dari gyuniku. Selain itu, ada juga irisan daun bawang dan katsuobushi (fermentasi ikan mirip serutan kayu). Rasa kaldu dashinya berpadu dengan shoyu yang gurih enak.
Selain udon panas, kami juga mencoba hiyashi udon (Rp 35.000) atau udon dingin. Mienya disajikan di piring dengan topping irisan nori dan katsuobushi serta wasabi dan parutan jahe di pinggirnya. Kuah shoyunya disajikan di mangkuk terpisah.
Udon kami celupkan ke kuah shoyu dengan sumpit, lalu mienya kami seruput. Ternyata lidah kami kurang cocok dengan citarasa hambar sajian ini. Padahal memang beginilah rasa udon dingin yang biasa dinikmati saat musim panas. Kami lebih cocok dengan udon panasnya yang berkuah kaldu gurih.
Ekspatriat Jepang mulai meramaikan restoran ini pada jam pulang kerja. Rata-rata mereka memang bekerja di gedung tersebut. Sambil menenggak alkohol dan ngemil, mereka bercerita seru dalam bahasa ibunya, entah tentang apa. Kadang, pelanggan sampai harus bersantap di area makan luar restoran jika 'Udon-ya' ini sedang penuh.
Selesai makan dan membayar, kami menuruni tangga dan mengenakan alas kaki yang tadi kami lepas sebelum ke atas. Kamipun meninggalkan restoran diiringi ucapan 'arigatou gozaimasu (terima kasih)!' dari para pelayannya secara kompak. Sebuah pengalaman menyantap udon asli dengan atmosfir Jepang asli yang patut diulang.
Udonku
Midplaza 1 lantai basement
Jl. Jendral Sudirman Kav. 10-11
Jakarta Selatan
Telepon: 021-5707707, 57907060
Jam buka: Senin-Sabtu, 11:30-14:30, 18:00-22:00
(dni/odi)