Ternyata Bukan Lemak Makanan yang Bikin Gemuk, Melainkan Gula

Ternyata Bukan Lemak Makanan yang Bikin Gemuk, Melainkan Gula

- detikFood
Senin, 09 Des 2013 15:10 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - Konsumsi lemak sering dituding sebagai penyebab penyakit jantung dan kegemukan. Makanya, banyak orang menghindari konsumsi lemak. Padahal, menurut salah seorang ahli kesehatan, bukan lemak biang keladinya, melainkan gula.

Dokter Mark Hyman, MD dari Amerika Serikat berusaha mengubah pandangan umum terkait konsumsi lemak. Lewat tulisan di situs Huffington Post (26/11/13), ia mengawali argumennya dengan menjelaskan mengapa banyak orang percaya bahwa lemak tak baik bagi kita dan menyebabkan serangan jantung.

"Semuanya berawal dari Seven Countries Study Dr. Key beberapa tahun lalu yang meneliti risiko penyakit jantung berdasarkan gaya hidup dan kebiasaan makan," kata Hyman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Key menemukan bahwa di negara yang penduduknya banyak mengonsumsi lemak, terutama lemak jenuh, kasus penyakit jantung lebih banyak. Iapun menyimpulkan bahwa lemak menyebabkan penyakit jantung.

Namun, menurut Hyman, korelasi tak sama dengan hubungan sebab-akibat. Hanya karena asupan lemak dan kasus penyakit jantung sama-sama tinggi, bukan berarti penyakit jantung disebabkan konsumsi lemak.

"Karena studi seperti ini, kita jadi percaya bahwa lemak jenuh menyebabkan penyakit jantung. Namun sebenarnya, kami sedang mempelajari bahwa gula adalah biang keladinya, bukan lemak," ujar Hyman.

Ia mengajukan beberapa bukti. Salah satunya, ulasan mengenai seluruh riset terkait lemak jenuh yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa tak ada kaitan antara lemak jenuh dan penyakit jantung.

Selain itu, tajuk terbaru di British Journal of Medicine menyarikan poin yang sama dan menyingkirkan mitos bahwa lemak menyebabkan obesitas dan penyakit jantung.

Peneliti menemukan, benar bahwa mengurangi lemak jenuh dalam makanan dapat menurunkan total kolesterol. Namun, kolesterol baik atau HDL yang tak bersalah juga ikut berkurang.

"Ketika orang mengurangi konsumsi lemak, mereka cenderung makan tepung-tepungan atau gula lebih banyak. Hal ini bisa meningkatkan kadar kolesterol berbahaya penyebab serangan jantung," jelas Hyman.

Studi menunjukkan bahwa 75% orang yang masuk ruang gawat darurat akibat serangan jantung memiliki kadar kolesterol normal secara keseluruhan. Namun, mereka mengidap pradiabetes atau diabetes tipe 2.

Menurut peneliti dari Joslin Diabetes Center, rekomendasi rendah lemak untuk penderita diabetes yang disarankan American Diabetic Association ternyata berbahaya dan justru memperburuk diabetes.

Penelitian baru mereka menunjukkan bahwa penderita diabetes seharusnya beralih ke pola makan yang terdiri dari 30% lemak, 30% protein, serta 40% sayur dan buah rendah karbohidrat.

Hyman menyimpulkan, konsumsi makanan yang mengandung lemak dan protein berkualitas baik mencegah bahkan menyembuhkan diabetes dan pradiabetes. Sementara itu, konsumsi gula dan karbohidrat yang dimurnikan bisa menyebabkan diabetes.

"Saya menyarankan Anda melihat isu lemak dan gula dengan cara yang sama sekali berbeda. Lemak tidak membuat Anda gemuk, gulalah yang bikin Anda gendut. Mengonsumsi lemak baik itu menyehatkan. Jadi, tak perlu cemas mengonsumsi lemak baik serta makanan yang asli, utuh, dan segar. Jangan kurangi lemak, nikmati saja!" kata Hyman.

(fit/odi)

Hide Ads