Rekanan pastry Starbucks di Inggris, Rich Products, telah mendaftarkan nama Duffin sebagai merek dagang. Namun, Bea Vo, pemilik bakery Bea's of Bloombsbury, mengatakan bahwa ia telah menjual kue tersebut lebih dulu, yakni sejak April 2011.
"Saya menemukan kesamaan antara kedua Duffin ini terlalu banyak untuk diabaikan. Saya khawatir dengan mendaftarkan sesuatu yang telah kami jual selama bertahun-tahun sebagai merek dagang, mereka punya hak hukum untuk mencegah kami menjualnya," ujar Vo lewat email kepada USA Today (09/10/13).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Starbucks bersikeras bahwa mereka tak membajak resep Vo. Raksasa kedai kopi internasional inipun tak berencana menghentikan Bea's of Bloombsbury menjualnya.
"Sejak meluncurkan Duffin, kami menemukan bahwa ada Duffin lain yang diciptakan dan dinikmati di Inggris. Baik Starbucks maupun Rich Products sama sekali tak pernah mengatakan bahwa kami mencoba menghentikan Bea's of Bloombsbury menjual Duffinnya sendiri," jelas Ian Cranna, wakil pemimpin pemasaran dan kategori Starbucks Inggris.
Linda Mills, juru bicara Starbucks, pun belum bisa memastikan langkah selanjutnya. Iapun mengatakan bahwa Duffin laris di Inggris.
Terkait perselisihan ini, perusahaan humas Golin Harris mengatakan bahwa Starbucks perlu mencari cara untuk menghargai atau memberi imbalan pada Bea's of Bloombsbury sebagai niat baik.
"Perusahaan besar melawan bisnis kecil selalu menjadi masalah kehumasan. Menurut saya Howard Schultz (CEO Starbucks) tak akan mencuri ide dari bisnis kecil. Ia terlalu menguasai kehumasan dan terlalu pintar untuk melakukannya," kata Al Golin, pemimpin Golin Harris.
(fit/odi)