Penyakit asma menjadi sangat umum di kalangan masyarakat, tapi para peneliti jauh lebih fokus pada pengobatan asma daripada pencegahan gejalanya.
“Meskipun pemahaman terhadap penyebab dan pemicu asma semakin meningkat, selama 40 tahun terakhir hanya sedikit perawatan yang disetujui untuk gelaja asma,” tutur Elizabeth Townsend, Ph.D selaku kepala peneliti kepada Huffington Post (21/05/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, tim peneliti mencampurkan obat asma beta-agonist isoproterenol dengan tiga komponen berbeda dari jahe yaitu 6-gingerol, 8-gingerol, atau 6-shogaol. Sample jaringan yang berkontraksi kembali dipaparkan dengan tiga campuran tersebut.
Pada kesimpulan studi, tim peneliti menemukan jaringan yang diobati campuran komponen jahe yang dimurnikan dan isoproterenol memperlihatkan tingkat relaksasi yang lebih tinggi daripada yang hanya diobati dengan isoproterenol. Dari ketiga komponen jahe, campuran menggunakan 6-shogaol adalah yang paling efektif mendorong kerja beta-agonist.
Efek baik konsumsi jahe ini disebabkan oleh sifat komponen jahe yang bisa menghambat kerja enzim buruk dalam paru-paru. Studi sebelumnya menunjukkan enzim phosphodiesterase4D (PDE4D) dapat menghalangi proses penenangan saluran pernapasan. Menggunakan teknik bernama fluorescent polarization. Mereka menemukan ketiga komponen jahe bisa menghalangi kerja phosphodiesterase4D (PDE4D).
(flo/odi)