Bicara tentang hidangan Korea, mungkin hal pertama yang terlintas di benak Anda adalah kimchi. Meski menyehatkan, kimchi tergolong acquired taste. Rasanya yang pedas, agak asam, dan berbau menyengat membuat sebagian orang membencinya, termasuk saya.
Sialnya, kimchi banyak dipakai dalam masakan Korea. Karena itulah saya tak memasukkan hidangan Korea ke dalam daftar kuliner favorit saya. Namun, seorang teman yang menggilai segala hal tentang Korea memaksa saya menemaninya ke sebuah restoran baru di Jakarta, School Food Bloomingmari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mungkin karena baru beroperasi, serta berkat mewabahnya demam Korea di tanah air, banyak orang rela masuk daftar tunggu. Teman sayapun ikut mencantumkan nama di waiting list nomor tujuh. Saya yang tak begitu antusias membolak-balik buku menu di depan.
Akhirnya nama kami dipanggil. Kamipun memasuki restoran yang ternyata bagian dalamnya luas. Tak ada konsep ruang yang istimewa di sini, hanya ada kursi-kursi tak seragam dan meja makan. Di siang hari, penerangan utamanya berasal dari jendela besar yang menghadap ke taman.
Langsung saja teman saya memesankan Original Toppoki (Rp 55.000). Saya bergidik ngeri karena di samping menunya tertulis 'Spicy: 3', yang artinya makanan ini punya tingkat kepedasan lumayan. Lidah saya memang terlalu peka terhadap panas cabai.
Potongan silindris rice cake dan bahan-bahan lainnya tampak kemerahan akibat saus kentalnya yang berwarna merah gelap. Seporsinya 345 gram, cocok untuk disantap 3-4 orang. Sajian rice cake ini merupakan salah satu jajanan favorit Korea. Tteokbokki pun berpindah ke piring kecil yang disediakan untuk tiap orang.
Saat tergigit, tekstur rice cake yang kenyal segera diikuti dengan pedas saus merahnya yang mengandung gochujang. Pada suapan pertama, pedasnya masih tertahankan. Namun, seiring saya menyuapkan kamaboko (olahan seafood) yang gurih serta kimchi kol yang renyah ke mulut, pedasnya berakumulasi. Menyengat! Huahhh!
Buru-buru saya menyeruput mojito (Rp 35.000) tanpa alkohol. Campuran soda, air jeruk nipis, serta daun mint terasa enak di mulut. Manis dan wangi segar. Meski tak berefek cepat, perlahan-lahan keringat di dahipun berhenti mengalir dan frekuensi mulut megap-megap mulai berkurang.
Saya memilih menu yang terlihat lebih ramah di lidah lokal, yakni Miss Mari (Rp 55.000). Sejak menelusuri buku menu di depan, saya sudah kepincut akan sajian gimbap yang mirip makisushi atau sushi roll ini.
Ada 10 potong gimbap berselimut telur dadar di piring. Di sampingnya terdapat salad isi selada, bit, dan lobak bersiram saus mayones kuning. Kenyal dari gim atau nori terasa saat gimbap dikunyah. Nasinya yang dimasak dengan minyak wijen, bukan cuka beras seperti sushi, tampak kemerahan karena membungkus kimchi.
Tekstur renyah fermentasi kol inipun melengkapi kenyal gim dan pulen nasi. Tak tampak mozzarella di dalamnya, namun ada rasa asin sedikit gurih. Kalau suka, gimbap bisa dicocolkan ke saus mayo yang disediakan.
Hidangan diakhiri dengan seruputan minuman 4 seasons (Rp 30.000). Gradasi warna putih, pink, dan oranye berubah menjadi warna peach setelah diaduk. Rasa dan aroma jambu yang dominan mengalahkan aroma jeruk yang samar-samar. Oh iya, semua minuman di sini disajikan dalam jar kecil bersedotan.
Wah, ternyata hidangan Korea tak seaneh yang saya bayangkan! Mungkin karena hidangan di sini mengarah ke fusion. Kalau ada yang ingin membayari saya makan gimbap lagi di sini, saya sih tak keberatan.
School Food Bloomingmari
Central Park lantai 3
Jakarta Barat
Telepon: 021-29200316, 29200317
(fit/odi)