Usai bekerja seharian, perut ini terasa lapar. Saya ingin mampir ke sebuah tempat makan yang tak buru-buru tutup menjelang jam 10 malam, karena saya ingin makan sambil ngobrol santai dengan rekan-rekan.
Saat melewati daerah Panglima Polim, tepatnya di seberang Apotek Jaya, saya melihat sebuah tempat makan sederhana yang ramai. Asap bakaran sate dari warung terbuka ini membuat saya memelankan laju kendaraan, tertarik mampir. Butuh beberapa lama bagi saya mencari celah parkir di antara motor sampai mobil mewah yang berhenti di sekitar warung sederhana ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untunglah, di tengah keramaian ini kami masih menemukan tempat duduk kosong. Tempatnya sederhana. Meja-meja panjang dilengkapi dengan bangku plastik atau bangku kayu panjang yang tak seragam. Sebagian area makannya beratapkan kanopi, namun sebagian lagi hanya ditutupi terpal. Bahkan, tempat duduk paling luar hanya beratapkan langit malam.
Daftar menu berupa soto, sate, roti bakar, sampai minuman dapat dilihat di spanduk yang terbentang di bagian belakang. Kami memanggil salah satu pria yang mengantarkan makanan untuk memesan sate ayam, sop kambing, lemon tea dingin, dan jeruk hangat. Ia hanya mengulangi pesanan kami tanpa mencatat, lalu kembali ke gerobak sate dan soto untuk memesan.
Alur pemesanan di sini memang tak jelas. Karena tiap meja tak diberi nomor, pelayan bisa jadi lupa tempat si pemesan. Si pelayan akan berteriak menyebutkan nama makanan atau minuman yang dibawanya. Siapa yang paling cepat mengklaimnya, maka makanan tersebut akan jadi miliknya. Jadi, ada orang yang pesanannya cepat diantar, adapula yang harus bersabar.
Kami masuk kategori kedua. Setelah bosan mengobrol, pengamenpun sudah dua kali mendatangi kami, pesanan kami belum juga lengkap diantarkan. Karena kesal, kamipun menghampiri gerobak sate untuk mengambil sendiri sate ayam yang sejam lalu kami pesan.
Langsung saja saya sikat 10 tusuk sate ayam (Rp 18.000) dengan saus kacang dan taburan bawang merah goreng ini. Wah, daging ayamnya empuk! Per tusuknya diberi tiga potong daging dada ayam ukuran sedang tanpa campuran kulit. Sedikit bagian hitam karena bakaran menambah rasa smoky dan manis gurih khas sate.
Kacang tanahnya digerus halus dan dicampur bumbu-bumbu yang klop, sehingga kekentalan dan rasanya pas di lidah. Saus kacangnya kami aduk dengan nasi putih (Rp 4.000), seakan sayang jika sausnya tak dihabiskan.
Sop kambing (Rp 20.000) yang panas mengepul juga tak kalah menggoda. Potongan daging kambing berwarna pink pucat kecokelatan berendam di kuah keruh, sebagian masih mengandung sedikit tulang. Serat dagingnya empuk-empuk kenyal saat dikunyah.
Slurp... Paduan kayumanis dan kapulaga terjejak halus pada kuahnya yang tanpa santan. Sayang, rasanya sedikit terlalu asin, sehingga perlu disantap dengan nasi putih untuk menetralkannya. Potongan seledri, tomat hijau, bawang merah goreng, dan emping melengkapi sajian pengusir dingin ini.
Segelas minuman jeruk hangat (Rp 5.000) terasa asam manis. Namun, menurut saya lebih segar lemon tea dinginnya (Rp 5.000). Lemonnya wangi, berpadu cantik dengan aroma melati dari teh.
Sajiannya memang cukup enak, namun Anda harus tahan dengan asap rokok serta pengamen dan pengemis yang datang silih berganti. Sebisa mungkin, duduklah tak jauh dari gerobak sate dan soto agar pesanan Anda sampai tepat waktu. Mampir yuk!
Sate dan Soto Apotik Jaya (Apjay)
Jl. Panglima Polim IX (sebelah restoran Mbah Jingkrak)
Jakarta Selatan
Telepon: 087777704080
Jam buka: setiap hari, 16:00-03:00
(fit/odi)