Ratusan Karyawan Resto Fast Food di NYC Mogok Kerja

Ratusan Karyawan Resto Fast Food di NYC Mogok Kerja

- detikFood
Senin, 03 Des 2012 08:55 WIB
Foto: Damon Dahlen/AOL
Jakarta - Pada Kamis (29/11/12), pada jam makan siang, restoran fast food di New York City malah kosong. Warga kota di Amerika Serikat inipun tak dapat menyantap junk food untuk sementara. Pasalnya, ratusan pekerja gabungan dari restoran cepat saji di NYC mogok kerja. Mereka menuntut upah yang layak.

Ternyata, masalah rendahnya upah pekerja tak hanya dialami negara berkembang seperti Indonesia. Di New York City, Amerika Serikat, pendapatan pekerja restoran cepat saji per tahun $11.000 (sekitar Rp 105,523 juta). Menurut gerakan Fast Food Forward, angka ini hanya memenuhi 25% dari biaya yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di NYC.

Berdasarkan informasi dari New York State Department of Labor, nilai tengah upah pekerja di bidang jasa pangan di NYC sebesar $8,90 (Rp 85.000) per jam. Angka ini merupakan yang terendah dibanding pekerjaan lain. Menurut Raymond Lopez, salah satu karyawan yang mogok kerja, ia bahkan tak sanggup membeli makanan di restoran tempatnya bekerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, seorang pekerja lain mengaku hampir setiap bulan kekurangan uang untuk membayar sewa rumah. Pamela Waldron, nama pekerja tersebut, sudah bekerja selama delapan tahun di KFC. Pendapatannya $7,75 (Rp 74.000) per jam, atau sekitar $10.000 (Rp 96 juta) setahun.

Huffington Post memberitakan pada Kamis (29/11/12) bahwa para pekerja resto fast food melakukan mogok kerja sejak pagi. Jumlahnya sekitar 100 orang lebih dan terus bertambah. Mereka menuntut pembentukan serikat pekerja dan dibayar minimal $15 (Rp 144.000) per jam.

Perubahan demografi di industri makanan cepat saji menjadi salah satu alasan mogok kerja ini dilakukan. "Bukan hanya remaja yang bekerja di sini sepulang sekolah, tapi juga ibu, ayah, dan keluarga," kata Jonathan Westin, direktur pelaksana New York Communities for Change yang mengoordinir demonstrasi tersebut.

Westin menambahkan bahwa resesi ekonomi menyebabkan banyak orang yang kehilangan pekerjaan kini mencari nafkah di industri fast food. "Ekonomi kita kini bergerak ke sektor jasa, tapi kebanyakan berupah minim. Ini adalah masalah besar," ujarnya.

Tim McIntyre, wakil ketua divisi komunikasi di Domino's Pizza berkomentar dalam sebuah pernyataan. "Kami memelihara budaya terbuka yang memungkinkan anggota tim berkomunikasi dengan kami tanpa melalui pihak ketiga... Kami akan berbicara kepada anggota tim kami secara terbuka dan jujur mengenai implikasi kegiatan ini," katanya.

Menurut Fast Food Forward, sebanyak $200 milyar (Rp 1.921 triliun) dihasilkan setiap tahunnya oleh industri makanan cepat saji. Namun, upah pekerja setahun tak sampai setengah dari rata-rata gaji CEO fast food per hari, yakni $25.000 (Rp 240 juta).

"Sementara perusahaan fast food meraup keuntungan, pekerja hampir tak merasakannya. Banyak yang terpaksa bergantung pada bantuan pemerintah meski memiliki pekerjaan," tulis Fast Food Forward di situsnya. Berslogan 'Higher Pay for A Stronger New York', gerakan ini menilai kenaikan upah untuk pekerja fast food akan menguntungkan pekerja dan memperkuat ekonomi secara menyeluruh.

Mogok kerja ini diselenggarakan tak lama setelah kegiatan serupa oleh pekerja Walmart di seluruh AS. Untunglah, menurut The Daily Meal, para demonstran sudah kembali bekerja keesokan harinya.


(flo/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads