Dalam masakan, daun ketumbar sering digunakan dalam bentuk segar atau dimasak terlebih dahulu. Daun ini banyak terdapat dalam kuliner Asia Selatan, Asia Tengah, Cina, Meksiko, dan Rusia. Hampir semua jenis masakan Thailand memakai daun, batang hingga akarnya sebagai bumbu. Aroma uniknya menjadi ciri khas kuliner negeri gajah putih ini.
Bagi yang tidak suka, daun ketumbar terasa seperti sabun agak pahit. Aromanya sangat menyengat mirip kutu busuk. Makanya, tak sedikit orang yang menghindarinya. Padahal, daun ketumbar mengandung antioksidan dan bersifat antibakteri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata, varian yang memiliki hubungan paling kuat merupakan sekumpulan gen penciuman-reseptor yang memengaruhi bau. Salah satu gennya adalah OR6A2 yang sangat peka terhadap aldehyde. Aldehyde merupakan zat kimia yang menyebabkan daun ketumbar beraroma khas.
Meski demikian, kebencian terhadap daun ketumbar tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh gen. “Ketidaksukaan tersebut hanya ditentukan sebagian oleh gen. Lagipula, hal ini tidak mutlak. Tak seperti tinggi tubuh yang tidak lagi bertambah setelah dewasa, Anda dapat mengubah kebencian terhadap daun ketumbar,” jelas Eriksson seperti dikutip dari Huffington Post, Sabtu (22/9/12).
Belum lama ini, jurnal Chemical Sciences juga mengumpulkan respons dari 527 orang kembar tentang keengganan terhadap daun ketumbar. Para peneliti menemukan bahwa terdapat dua gen terkait rasa pahit dan satu gen yang berhubungan dengan aroma tajam seperti wasabi.
Ada cara agar bau daun ketumbar hilang. Menurut sebuah penelitian di Jepang, melumat daunnya akan membuat enzim daun secara bertahap mengubah aldehyde menjadi zat lain yang tidak beraroma. Oleh karena itu, daun ketumbar dapat dijadikan pesto yang lezat dan tak bikin alergi.
(flo/odi)