Bubble tea pertama kali dibuat pada tahun 1980-an di Taiwan. Seiring waktu, minuman ini populer di Asia Timur dan Tenggara, termasuk Indonesia. Meski bubble drink sudah lama ada di sini, ketenarannya kembali naik karena kehadiran beberapa franchise bubble tea asal Taiwan. Antriannya tak pernah sepi. Kebanyakan penggemarnya adalah remaja dan anak-anak.
Tren bubble tea juga mulai menyebar ke Amerika Utara dan Eropa, salah satunya adalah Jerman. Namun, baru-baru ini New York Post melansir kabar mengejutkan. Otoritas kesehatan Jerman melarang bubble tea asal Taiwan karena dapat membuat anak tersedak dan mengandung bahan kimia penyebab kanker.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat, PCB juga menyebabkan penyakit non kanker pada hewan. Zat ini dapat menimbulkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh, reproduksi, syaraf, endokrin, serta dampak kesehatan lain pada tubuh. Biasanya, PCB digunakan sebagai pendingin dan pelumas untuk berbagai alat elektronik.
German Federal Institute for Risk Assessment juga mengeluarkan peringatan tentang bahaya tersedak boba pada anak berusia kurang dari 4 tahun. "Ada risiko benda asing secara tak sengaja masuk ke paru-paru saat menyedot boba," ujar Dr. Andreas Hensel. Meski demikian, sampai saat ini belum ada laporan mengenai insiden terkait bubble tea.
(fit/odi)