Kesibukan Ferran Adria Setelah El Bulli Tutup

Kesibukan Ferran Adria Setelah El Bulli Tutup

- detikFood
Minggu, 05 Agu 2012 10:07 WIB
Foto: gettyimages.com
Jakarta - Banyak pecinta kuliner menyayangkan tutupnya El Bulli pada 30 Juli 2011. Sebagai salah satu restoran terbaik di dunia, usaha ini malah bangkrut. Kini, apa kabar Ferran Adria, chef pemilik El Bulli?

The Telegraph menemui Chef Adria untuk mendengar kisah tentang gulung tikarnya El Bulli, sekaligus untuk menanyakan kesibukan pria berusia 50 tahun tersebut. Chef Adria mengeluh sedikit tentang para fotografer. “Mereka ingin memotret saya dalam keadaan memasak. Padahal saya tidak memasak lagi,” ujarnya.

El Bulli memang sempat mencatatkan namanya di sejarah kuliner dunia. Restoran yang terletak di Catalonia, Spanyol, ini lima kali berada di peringkat teratas polling majalah Restaurant. Tak hanya menawarkan pemandangan laut yang indah, El Bulli juga menyajikan hidangan berbintang Michelin tiga dan keunikan gastronomi molekul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Chef Adria menggunakan freeze dryer, tanki nitrogen cair, bahan pembentuk gel, dan berbagai teknologi lainnya untuk menghasilkan makanan ‘futuristik’. Melon disulapnya menjadi bola-bola kaviar berwarna jingga. Es batu dan buah zaitun pun tak luput diakalinya menjadi mahakarya.

El Bulli menyajikan 35 course dengan harga 350 euro per orang (Rp 4 juta). Sayangnya, keputusan Chef Adria untuk menutup El Bulli menjadikannya headline di seluruh dunia. Ia mengatakan bahwa restoran El Bulli akan menjadi El Bulli Foundation pada 2014. Nantinya, tempat ini akan menjadi pusat kreativitas kuliner.

El Bulli Foundation akan menjadi pusat eksperimen, tempat kami berkreasi menggunakan masakan dan cara memasak dengan memanfaatkan disiplin ilmu lain. Lalu, kami akan memajang hasilnya di internet,” jelas Chef Adria.

Aktivitas sehari-hari di El Bulli pada 2008-2009 akan dapat kita lihat melalui film dokumenter Cooking in Progress. Rupanya tak hanya itu. Ada pula film dokumenter lain mengenai El Bulli, yakni Historia de un Sueno yang berkisah mengenai pendirian restoran tersebut, serta The Last Waltz tentang hari terakhir El Bulli dibuka untuk umum.

Inovasi Chef Adria dan El Bulli juga tertuang dalam beberapa buku. Sebuah biografi berjudul ‘The Inside Story of El Bulli and the Man Who Reinvented Food’ membanding-bandingkan Chef Adria dengan beberapa tokoh ternama yang berhasil mengubah dunia. Sementara itu, buku Sorcerer’s Apprentice menceritakan pengalaman para peserta pelatihan di El Bulli.

Dengan berbagai publikasi dan prestasi, tentu saja Chef Adria telah meraih popularitas dan kemewahan. Nyatanya, ia tidak peduli dengan ketenaran. Ia hidup dengan sangat sederhana dan tidak memiliki mobil. Ia hidup bersama istrinya, Isabel, selama satu dasawarsa, tanpa buah hati.

Chef Adria bukannya sama sekali tidak terjun lagi di dunia restoran. Ia masih menjalankan bisnis bar 41 Degrees di Barcelona yang dibuka tahun lalu. Oktober ini, ia akan berada di London, Inggris, untuk meluncurkan BulliPedia, mesin pencari online untuk berbagai hidangan yang pernah ia buat.

Tentang El Bulli Foundation, ia mengatakan punya waktu 20 tahun untuk membuatnya sukses. Jika tidak, ia akan menutupnya seperti restoran El Bulli. Tidakkah ia punya rencana mengoperasikan kembali restoran terbaik di dunia tersebut? “Tidak. Bab tersebut sudah berakhir,” katanya sambil menggelengkan kepala.

(dyh/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads