Edible Silk Sensors, Pendeteksi Kesegaran Makanan yang Bisa Dimakan!

Edible Silk Sensors, Pendeteksi Kesegaran Makanan yang Bisa Dimakan!

- detikFood
Kamis, 01 Mar 2012 14:39 WIB
Foto: www.impactlab.net
Jakarta - Sering bingung mengenali tingkat kematangan buah saat membelinya? Kini telah ditemukan sebuah sensor baru. Alat sensor ini dipakai untuk mengenali tingkat kematangan buah. Juga menyensor makanan yang sudah tak layak makan.

Hal yang paling sulit dalam membeli makanan adalah saat mengenali tingkat kematangan buah-buahan dan kesegaran sayuran. Terkadang bentuk dan tampilan luar buah-buahan dan sayur sering menipu mata. Oleh karena itu, para ilmuwan dari Tufts University telah menciptakan sensor khusus dengan sebutan "Edible Silk Sensors" yang dapat ditanamkan dalam makanan.

Konon sensor tersebut terbuat dari sutera dan emas. Wouw! Selain mewah juga sangat kecil dan setipis stiker. Bahkan bentuknya masih cukup kecil jika dimasukkan ke dalam buah tomat yang mungil. Mungkin Anda bertanya-tanya, apakah manusia benar-benar dapat mengkonsumsi sensor yang terbuat dari sutera dan emas tersebut?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang dikutip dari delish.com (29/2), berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Advance Materials, sensor ini merupakan sejenis sensor pasif yang memiliki antena atau resonator dengan ketebalan sub-mikron dari emas. Boleh dibilang setara dengan tipisnya edible gold/edible leaf yang biasa digunakan untuk hiasan pada kue dan coklat.

Sedangkan yang dimaksud silk alias "sutera" adalah sejenis protein yang sangat aman bersentuhan dengan makanan dan bahkan aman dimasukkan langsung ke dalam makanan. Namun bagi mereka yang tidak ingin mengkonsumsinya, tinggal memotong bagian sensor dan membuangnya. Kabar baik lainnya, sensor ini juga memiliki sifat biodegradable alias dapat diuraikan sehingga aman bagi lingkungan.

Untuk melekatkan sensor ini, Anda tidak perlu khawatir para peneliti bakal menggunakan lem. Karena sensor ini bakal memiliki sifat lengket saat terkena air, sehingga akan melekat sempurna pada makanan. Untuk itu para ilmuwan telah mengujinya pada makanan seperti pisang, telur, apel, keju, dan bahkan susu.

Seperti yang dijelaskan oleh FastCoexist.com, cara kerja sensor ini cukup sederhana. Ketika buah matang atau membusuk, terjadi perubahan kimia di dalamnya. Perubahan atau perbedaan sifat buah ini kemudian akan dideteksi oleh emas yang kemudian akan memancarkan sinar elektromagnetik. "Kami dapat menyesuaikan sensor tersebut hingga menjadi sangat sensitif terhadap perubahan sinar elektromagnetik," jelas Hu "Tiger" Tao, seorang peneliti Tufts untuk Co.Exist.com.

Dengan adanya alat ini, para ilmuwan berharap dapat membantu pada pabrik dan pemasok untuk menjaga keamanan pangan. Keamanan makanan kini menjadi persoalan yang semakin penting baik bagi konsumen maupun bagi para pelaku industri makanan. Para ilmuwan juga percaya bahwa pengunaan sensor ini dapat menjadi pelengkap QC (Quality Control) dalam sektor pertanian dan produk makanan kelak.
(dev/Odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads