Sudah lama saya berkeinginan untuk menyambangi Nasi Uduk Bang Udin. Maklum selain letaknya tak jauh dari rumah konon nasi uduk ini lumayan terkenal di kalangan pencinta nasi uduk. Namun sayang ketika hari Senin kemarin saya hendak menyambanginya ternyata warung Bang Udin tutup. Rasa penasaran yang makin menggelitik membuat saya nekat kembali menyambanginya keesokan hari.
Jam sudah menunjukkan lewat pukul 7 saat saya menyusuri Jl. Palmerah Barat. Setelah melewati Pasar Palmerah yang ramai dan selalu bikin macet saya pun mulai pasang mata mengamati jejeran warung-warung di sepanjang jalan. Tepat sebelum lampu merah pertigaan Rawa Belong saya melihat spanduk melambai-lambai dengan tulisan Warung Nasi Uduk Bang Udin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti warung kaki lima lainnya, warung ini hanya ditutupi oleh spanduk kain dan kain terpal. Di bagian tengah tampak dua orang penjual yang saya duga salah satunya adalah Bang Udin. Etalase kaca menjadi tempat menaruh berbagai makanan menjadi pusat kesibukan tempat ini.
Saat itu tak ada lagi kursi kosong yang persis menghadap etalase kaca. Tak lama saya pun telah ikut mengantri seperti para pembeli lainnya. Di balik etalase ada wadah-wadah yang berisi lauk-pauk pelengkap nasi uduk. Sebut saja semur tahu, semur ati ampela, gepuk, ayam goreng, pepes teri, dan yang tak boleh ketinggalan semur jenki alias jengkol. Sedangkan diatas etalase tersedia aneka gorengan seperti tempe, tahu, dan bakwan.
Dengan cepat pesanan saya diracik dalam piring. Pertama-tama nasi uduk dengan porsi yang menurut saya cukup mengenyangkan disajikan dalam piring beserta taburan royal bawang goreng, emping, dan sambal. Sebagai pendampingnya saya memilih empal dan semur tahu. Untuk pelepas dahaga segelas es teh manis dengan setia mendampingi.
Saat itu pengunjung warung Bang Udin seakan tak pernah berhenti mengalir. Ada yang memesan dibungkus untuk dibawa pulang dan tak sedikit pula yang makan di tempat. Bahkan meja yang berada tepat di depan etalase penuh. Akhirnya saya pun terpaksa mengambil kursi plastik dan menyeretnya ke sisi pinggir seperti para pembeli lainnya yang juga tak kebagian meja.
Suapan pertama hmm... nasi uduknya tidak pulen melainkan agak pera, benar-benar ciri khas nasi uduk Betawi. Meskipun begitu gurihnya nasi uduk terasa di lidah, hmm... rupanya Bang Udin tak pelit bumbu. Dan buat yang suka lalapan, ada timun, selada, dan daun kemangi telah tersedia di meja dan bisa diambil sepuas hati.
Tahunya tampil kecokelatan akibat rendaman kuah semur yang meresap sampai ke pori-pori tahu. Sedangkan empalnya diiris tidak terlalu tebal dan digoreng kering. Si empal yang menggoda juga ternyata empuk sehingga saya tak kesulitan mengunyahnya. Cocolan sambal yang digerus dengan kacang langsung membuat lidah kesetrum dan munculnya titik-titik keringat di dahi dan hidung. Benar-benar racikan sambal yang 'mlekoh' dan nonjok khas Betawi. Untunglah es teh manis yang telah tersedia mampu meredamnya.
Seperti tempatnya yang sederhana harga yang saya bayarkan untuk nasi uduk, empal, semur tahu, plus es teh manis ini juga tak mahal, yaitu Rp 17.000,00 saja. Hitung-hitung sambil makan enak dengan harga yang cukup murah saya pun telah ikut melestarikan kuliner Betawi! Yuk, kita makin nasi uduk!
Nasi Uduk Bang Udin
Jl. Palmerah Barat IIA
Pertigaan Rawa Belong
(Dekat lampu merah setelah Pasar Palmerah)
HP: 081310218824
Buka: 18.00 - habis
(Senin libur)
(eka/Odi)