"Makan di 'Mang Engking' aja yuk?," tawar seorang teman ketika kami sedang berputar-putar mencari tempat makan pada suatu siang. "Restoran apa tuh 'Mang Engking'?" tanya saya. "Pokoknya ikut aja deh dijamin mantab," ujar teman saya langsung meluncurkan mobilnya.
Beberapa saat sadarlah saya bahwa mobil melaju ke arah Depok, tepatnya di kawasan Universitas Indonesia. Lalu lintas yang bersahabat siang itu membuat perjalanan kami lancar dan mobil langsung diparkir persis di sebelah pintu masuk yang terbuat dari bambu. Di atas pintu masuk yang bertuliskan 'Gubug Makan Mang Engking' Spesial Udang Galah & Gurame, akhirnya terjawablah pertanyaan saya tentang Mang Engking!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Mang Engking' sendiri pertama kali buka di Yogyakarya dan di Depok inilah beliau membuka cabangnya yang kedua. Warga Depok yang memang belum lama berkenalan dengan resto seafood lesehan ini rupanya cukup antusias menyabut kehadirannya. Hal tersebut tampak dari penuhnya gubug-gubug lesehan, sehingga dengan terpaksa kami pun mengambil tempat di gubug utama berbaur dengan pengunjung lainnya.
Kami yang baru datang celingak-celinguk mencari sang pelayan yang tak tampak menghampiri, hingga teman saya memencet bel yang terdapat di tiang bambu. Meskipun terlihat praktis, namun kami harus menunggu agak lama hingga sang pelayan tiba di meja.
Di restoran Mang Engking ini jangan harap Anda bakal menemukan menu ayam goreng, sebab menu yang ditawarkan adalah seafood khususnya udang. Udangnya sendiri terdiri atas dua jenis udang standard dan udang super yang perbedaannya terletak pada ukurannya. Selain itu terdapat menu lainnya seperti kepiting, ikan gurame dan cumi. Dimana menu seafood tersebut dapat dimasak dengan berbagai macam cara baik digoreng, dibakar madu, bakar kecap, saus tiram, saus padang, dll.
Atas rekomendasi sang pelayan, seporsi udang bakar standard madu seharga Rp 62.500/0,5 kg menjadi pilihan utama. Tak ketinggalan seporsi kepiting saos padang, cah kangkung, sambal dadak serta es jeruk dan es campur ikut melengkapi makan siang kami.
Sambil menunggu pesanan datang, pikiran kami pun dibuat rileks oleh suara gemericik air serta alunan lagu Sunda yang terdengar makin menambah kental suasana pedesaan. Tampak beberapa pengunjung saung sedang asyik memberi makan ikan di empang dengan sisa-sisa makanan sampai akhirnya sang pelayan muncul kembali sambil membawa pesanan kami.
Udang bakar madu ditusuk dengan tusuk satai. Tiap tusuk empat ekor. Tampangnya mengkilap kemerahan dengan sedikit jejak gosong. Hmm... bagai gadis genit yang selesai berdandan! Mencium bau harumnya saja sudah membuat air liur hampir menetes... hmm!
Udang yang disajikan merupakan udang dari tambak Engking yang ada di Ciamis, Tasikmalaya, Cianjur dan Yogyakarta. Karena dipasok dari tambak sendiri maka kesegaran udang terjamin. Saat kami mencicipi barulah terasa. Kulit udangnya sendiri cukup renyah krenyes-krenyes, sebagai tanda udang segar. Balutan bumbu cabai plus madunya cukup royal sehingga saat dikunyah terlacak rasa gurih, pedas dan manis madu.
Paduan rasa yang benar-benar menggoda! Agaknya udang digoreng sebentar sebelum dibakar sehingga terasa lebih renyah dan garing. Sementara jejak aroma bakar memberi sentuhan rasa yang spesial. Cah kangkung yang merupakan hidangan pendamping tampil tak terlalu istimewa. Rasanya standar dan tidak terlalu renyah, untunglah rasa udang mampu menutupi kekurangan cah kangkung ini. Sambal dadak yang disajikan dengan porsi kecilpun agak kecokelatan dengan rasa manis yang agak dominan, khas sambal dadak ala Sunda.
Kepiting saos Padang pun disajikan dengan balutan saus yang tidak terlalu seronok seperti lazimnya saus Padang. Sausnya encer sedikit oranye, tidak kental seperti biasanya. Sausnya bahkan agak berminyak, mungkin karena memakai margarine untuk menumis bumbunya. Kepiting yang dipotong 4 tidak terlihat montok berisi, kami menduga ini kepiting jantan yang langsing. Tentu saja rasa dagingnya kurang nendang atau mantap, bahkan agak sulit ditelusuri karena tipis dan cenderung buyar.
Saat mengunyah daging dari capit kepiting, huahh huahh... baru terasanya pedas menggigit. Rupanya cincangan cabai yang berserakan pada saus ini benar-benar menghantam mulut. Wah, kami jadi terengah-engah kepedasan dan bersimbah peluh!
Kenyang dan puas... itulah yang kami rasakan setelah memindahkan semua hidangan ke dalam perut. Apalagi ketika membayar, kami cukup dikejutkan dengan harganya yang tak begitu mahal. Seporsi udang bakar madu dihargai Rp 35.000,00, Kepiting Saos Padang Rp 59.000,00, dan Cah Kangung Rp 6000,00.
Buat penggemar seafood resto ini bisa jadi alternatif. Sambil menikmati seafood bisa juga bersantai dalam suasana alam pedesaan. Kalau datang dengan rombongan sebaiknya pesan menu paket, ada yang berharga Rp. 340.000,00 untuk 6 orang plus minuman atau Rp 325.000,00 untuk 6 orang tanpa minuman.
Gubug Makan "Mang Engking"
Special Udang Galah/Ikan (hidup)
Danau Salam Kampus UI Depok
Telp: 021-99569150
Jam Buka: 10.00 - 21.00 (dev/Odi)