Bolak-balik saya melewati warung sederhana, tak jauh dari kantor cabang BCA di jalan raya Serpong ini. Hampir selalu wajah si warung tertutup rapat oleh mobil-mobil yang berjajar. Sepotong banner berwarna hijau bertulisan 'Soto Betawi H.Mamat', dibentang di sisi kanan.
Yang paling mencolok justru tulisan 'BUKA' berwarna merah menyala di atas papan kuning. Menurut tukang parkir, yang penting dilihat tanda itu, karena menjelang pukul 14.00 pasti soto Betawi sudah habis ludes!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jam masih menunjukkan pukul 11.20 tetapi saat saya masuk ke dalam warung dua meja panjang sudah penuh sesak dengan pengunjung. Warungnya ditata gaya kampung, sederhana, dengan meja panjang dan kursi-kursi, agak gelap dan sedikit panas, pengap meskipun ada kipas angin yang meniup udara panas. Akhirnya setelah menunggu barulah saya mendapatkan meja di teras luar. Yang sedikit mengganggu, lalat yang berterbangan lumayan banyak.
Menunya seperti warung Betawi lain, tidak terlalu banyak. Soto atau sop daging atau campur dan oseng daging, ayam atau campur. 'Kalau mau kuah bening itu sup dan kuah yang agak kental soto,' demikian keterangan singkat sang pelayan. Yang menarik perhatian saya justru oseng ayam dan daging yang ditawarkan. Oseng ala Betawi? Hmm... menarik juga! Sayapun memesan soto Betawi, oseng ayam plus seporsi gado-gado (maklum sedang lapar mata!).
Gado-gado yang pertama muncul disajikan di piring cekung, porsinya tak terlalu banyak. Tumpukan kerupuk kanji dan emping goreng justru sangat royal. Bumbunya lumayan 'generous', melapisi tiap potongan sayuran, rasanya gurih, sedikit pedas, sedikit manis dan 'medok'. Khas gado-gado uleg kegemaran saya. Yang menarik justru oseng ayam yang porsinya kecil.
Isinya suwiran daging ayam yang ditumis dengan irisan bawang merah, tomat dan cabai rawit hijau yang lumayan banyak. Bumbunya didominasi rasa gurih sedikit pedas. Saya menduga ayamnya sudah direbus dengan bumbu karena rasa bawangnya sangat kuat dan dagingnya sangat lembut.
Oseng ayam ini disajikan dengan semangkuk kuah sup, bening dengan taburan bawang merah goreng dan remahan emping goreng. Setelah oseng ayam disendoki dengan nasi, barulah kuah diserutup. Hmm.. gurih-gurih pedas dengan rasa tomat yang asam segar. Kalau mau bisa saja kuah diaduk langsung dengan nasi.
Soto Betawi dengan isi paru dan daging yang saya pesan, justru disajikan paling akhir. Berkuah santan tetapi tidak terlalu kental dengan sedikit semburat minyak. Warna kuahnya kekuningan, dan dilengkapi dengan potongan tomat, daun bawang, seledri dan bawang merah goreng.
Setelah diaduk dengan sedikit sambal dan air jeruk limau rasa kuah soto ini membuat saya sedikit kaget. Aroma kapulaga dan jintan sangat samar-samar, bumbu dalam kuah juga tidak terlalu berat, santannya sangat encer. Saat sampai di mulut terasa gurih tetapi tidak 'eneg'. Dimakan dengan acar timun dan wortel terasa makin segar. Ditambah lagi irisan daging dan parunya sangat empuk, disenggol dengan sendokpun sudah terpotong.
Racikan Haji Mamat ini isi sotonya tidak digoreng seperti buatan Haji Ridwan, tetapi semuanya direbus. Memang porsi yang diberikan tidak terlalu besar, hanya ada sekitar 8 potong kecil daging dan paru. Dalam beberapa kali suap, isi sotopun ludes!
Soal harga, rasanya warung haji Mamat ini memang hebat. Saat semua warung mulai menaikkan harga, pak Mamat masih bertahan dengan harga soto Betawi dan oseng ayam per mangkok Rp 10.000,00 dan seporsi gado-gado Rp.6.000,00.
Masih ada beberapa menu lain seperti ayam goreng, empal, ikan mas goreng yang saya yakin harganya tak bakal lebih dari Rp.6.000,00 per porsi. Pantas saja warung ini selalu penuh sesak, termasuk oleh anak-anak sekolah dan pegawai kantor. Makan siang yang tak sampai Rp. 40.000,00 untuk berduapun saya akhiri dengan rasa kenyang dan puas. Coba ada warung Betawi seperti ini di Jakarta....
Soto Betawi
H.Mamat
Depan Dealer Suzuki BSD
Jalan Raya Serpong No.51
Telpon : 08131447633, 021-70285416 (dev/Odi)