Awalnya seorang tetanggaku bilang, “ Besok aja kita mencucinya. Karena udah capek.” Tapi tiga tetanggaku bilang, “sekarang saja mencucinya, jadi besok bisa beristirahat panjang.” Setelah berunding, diputuskanlah mencucinya pada malam itu juga. Maka kami memutuskan untuk mencucinya bersama. Karena para suami kami belum tidur, akhirnya kami menyuruh mereka menimba air di sumur. Sementara kami yang wanita pulang ke rumah masing-masing terlebih dahulu untuk mengambil tempat duduk untuk mencuci piring dan sabun pencuci piring.
Diantara ke-6 tetanggaku, hanya aku yang membawa Sunlight. Sementara, yang lain membawa sabun colek. Waduh, gawat! Sabun colek kan, kurang baik kalau untuk piring, pikirku. Tak mau kalau tetanggaku terus-menerus memakai sabun colek, akhirnya kujelaskan tentang keunggulan memakai sabun cuci khusus pencuci piring, seperti Sunlight misalnya. Dan, mereka memanggutkan kepala saat mendengarkan penjelasanku. Walhasil mereka memutuskan untuk memakai Sunlight yang kubawa saja saat mencuci piring. Aku pun tidak keberatan.
Saat pertama kali Sunlight kutuang, para tetanggaku langsung mencium wangi jeruk nipisnya. Wah, bener-bener harum ya, Diah wangi Sunlight ini. Kental lagi!” kata seorang tetanggaku. “Iya, wangi banget.” Timpal yang lain. Aku hanya tersenyum tipis. Kemudian kami mulai mencuci bersama-sama. Kami berbagi tugas. Ada yang mencuci. Ada yang membilas. Ada yang mengeringkan. Pokoknya seru sekali malam itu. Sampai-sampai suami kami turut terjun membantu kami. Hihihi.
Usai perabot makan dan masak dicuci, tetanggaku pun makin berdecak kagum pada Sunlight. Sebab, semua perabot makan dan masak yang telah dicuci memang benar-benar keset, dan tidak meninggalkan noda. Beranjak dari kejadian tersebut, akhirnya para tetanggaku berjanji untuk menggunakan Sunlight dan meninggalkan sabun colek yang kerap mereka pakai. Senang banget bisa membuka mindset para tetanggaku untuk memakai Sunlight.
(gls/gls)