Tradisi Gelar Kasur

Jakarta - Lebaran adalah saat yang saya tunggu-tunggu karena hanya di momen ini saya bisa menikmati tradisi gelar kasur. Tenang kasur yang ini bukan kasur biasa, karena kasur yang satu ini bisa dimakan. Kasuran adalah sebuah makanan traditional dari dusun Batu Raja, Palembang yang terbuat dari beras dan santan. Kebetulan mama saya berasal dari sana.
Bagi saya dan keluarga, lebaran tanpa kasuran namanya bukan lebaran. Kalau di rumah ada ketupat, pastilah ketupat itu tidak laku :)
H-1 sebelum lebaran biasanya saya dan adik saya membantu mama membuat kasuran. Mama membuat bahan dasarnya (menguleni beras dan santan) lalu saya dan adik membantu membungkusnya.
Bahan yang dibutuhkan untuk membungkus adalah daun pisang dan tali rafia. Saya sudah menyiapkan daun pisang yang dibentuk persegi panjang dengan lebar yang cukup besar sebagai pembungkus, lalu ditengahnya terdapat yang berukuran kecil sebagai alasnya. Setelah itu saya taruh bahan dasarnya (beras dan santan) secara merata sebesar alas. Setelah bahan dasar rata, lalu tutup dengan daun yang ada di kanan kirinya, setelah tertutup semua, gulung sisi kanan dan kiri secara bergantin. Gulungnya bukan seperti menggulung sushi namun harus dari 2 sisi sehingga mereka bertemu di tengah. Setelah sudah tergulung rapih, balut lagi dengan daun pisang dan ikat dengan tali rafia, gunanya agar tidak pecah saat dikukus dengan dandang.
Perpaduan beras, santan dan daun pisang menghasilkan aroma yang aduhai dan cukup mengganggu iman saya dalam menjalankan puasa terakhir. Cacing-cacing diperut pun seketika memberontak, tak sabar untuk menikmatinya.
Paginya saat kasuran ini digelar, biasanya saya dan keluarga menyelimutinya dengan sambal goreng Palembang (ati ampela+ buncis+nanas), opor ayam dan rendang. Saat mereka semua masuk ke dalam mulut, yuuuuuuuuuummmmmm seolah terdengar gema takbir yang sangat kencang, Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar ini makanan enak banget!! Dan hari kemenangkan pun dirayakan dengan penuh senyuman dan pastinya kasuran.

(gls/gls)