Email: ervita23@yahoo.com
Alamat: Bendungan Hilir
Walaupun sudah berkali-kali ke Makassar, tetap saja ada makanan khas Makassar yang belum pernah saya coba yaitu Coto Makasar. Rasanya? hmm... benar-benar membuat lidah bergoyang!
Seperti tahun-tahun yang lalu, Lebaran tahun ini pun, saya dan suami mudik ke Makassar ke kampung halaman suami. Walaupun sudah berkali-kali ke Makassar, setahun bisa dua kali, tetapi tetap saja ada makanan khas Makassar yang belum pernah saya coba. Contohnya adalah coto Makasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah makan ini bentuknya memanjang ke belakang dengan deretan meja dan kursi di bagian kiri dan kanan sehingga menyisakan lorong di tengah-tengah yang berujung di dapur tempat mereka menyediakan makanan. Sudah sejak pertama kali saya ke Makassar, apabila saya melewati Jalan Petarrani, rumah makan ini selalu tampak ramai. Seperti sewaktu saya datang kira-kira jam 11 pagi, seperti dapat diduga, rumah makan ini juga penuh. Strategi saya supaya cepat dilayani adalah mencari tempat duduk di ujung dekat tempat pemesanan makanan dan voila... tanpa menunggu lama semangkuk Coto panas segera tersaji di hadapan saya.
Setelah diberi kucuran jeruk nipis dan sambal, saya segera menyendok coto. Kuahnya lumayan kental dengan potongan daging dan jeroan yang cukup berlimpah di dalam mangkok yang ukurannya tidak terlalu besar. Dimakan dengan buras, semacam lontong yang ukurannya persegi panjang dan teh botol, 'brunch' saya hari itu hanya menghabiskan Rp 10.000,00. Jam bukanya dari jam 7 pagi sampai 9 malam.
Setelah puas merasakan nikmatnya Coto Makassar, rumah makan ke dua yang saya coba adalah Rumah Makan Sop Saudara. Sop Saudara ini adalah makanan yang berasal dari Pangkep. Salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Asal muasal nama Sop Saudara ini, menurut cerita dari mulut ke mulut adalah karena resepnya ditemukan oleh dua orang bersaudara. Sehingga mereka mematenkan penemuan resep sop tersebut dengan menyebutnya Sop Saudara.
Sop Saudara ini isinya mirip-mirip dengan Coto, ada dua pilihan, isi daging atau jeroan. Untuk jenis-jenis jeroannya, otak dan babat tidak dipakai di Sop Saudara ini. Dan kuahnya tidak memakai kacang seperti di Coto, jadi lebih ringan dan segar. RM Sop Saudara yang saya datangi adalah Rumah Makan Sop Saudara di Jalan Irian, terletak di ujung jalan sebelum menuju jalan tol Makassar yang ke arah Bandara.
Selain Sop Saudara, rumah makan ini juga menyediakan Sop Konro yang rasanya tak kalah lezat. Dagingya empuk dan mrotoli, alias langsung lepas dari tulangnya. Harga yang harus dibayar untuk 1 porsi Sop Konro, 2 porsi Sop Saudara dan 4 porsi nasi serta 1 teh botol dan 3 the tawar adalah Rp. 49.000,- Rumah makan ini buka dari jam 9 pagi sampai jam 10 malam.
Terakhir, saya penasaran sekali untuk mencoba Pallu Kaloa. Kalau dua makanan sebelumnya berkolesterol tinggi karena berisi daging, Pallu Kaloa ini bahan bakunya adalah ikan. Terbuat dari ikan Lemuru yang dagingnya lembut dan tanpa duri dimasak dengan kuah yang dicampur dengan keluak sehingga warnanya coklat. Tidak sekental kuah rawon, melainkan lebih ringan lagi dengan sedikit rasa asam.
Rumah Makan Pallu Kaloa I ini, beralamat di Jalan Tentara Pelajar 104, Makassar dengan harga satu porsinya hanya Rp 10.000,00. Ketika saya datang, lagi-lagi untuk 'brunch', rumah makan ini lumayan penuh. Selain Pallu Kaloa, ada pula menu Pallu Mara. Masakan ikan dengan kuah kuning. Lain kali saya pasti datang lagi untuk mencicipi menu-menu yang lain. (dev/Odi)