Jakarta - Nama: Alvijanti R.Email: alvijantir[at]xxxxxxxxxx.xx.xxAlamat: Plaza Mandiri Lt. 20Lokasi Bersantap: Bebek Goreng SoeryoPada mulanya saya agak alergi dengan bebek goreng. Bau amisnya itu lho yang bikin nggak tahan. Tapi setelah saya diajak teman mencicipi bebek goreng di suatu warung kaki lima, mulailah saya rajin berburu bebek goreng di pelosok Jakarta. Salah satunya yang kini menjadi favorit saya adalah Bebek Goreng Surabaya yang terletak di Jl. Soeryo, Jakarta Selatan, tidak jauh dari pom bensin Senopati. Rumah makan ini sebetulnya telah beberapa kali saya lewati ketika pulang kantor di area SCBD (Sudirman Central Business Distric), tapi tidak pernah menarik perhatian saya karena tempatnya selalu sepi. Selama ini saya memang percaya bahwa alternatif tempat makan yang selalu ramai hanya ada dua, yaitu orang tertarik karena harganya murah meriah atau makanannya memang enak meskipun harganya mahal.Untunglah ada seorang teman yang gemar makan-makan dan jalan-jalan tanpa sengaja bercerita tentang resto ini kepada saya. Rekomendasinya cukup meyakinkan, katanya hanya ini satu-satunya bebek goreng terenak di Jakarta. Tentu saja saya tidak segera percaya 100 persen. Tapi, mencoba pun tidak ada salahnya bukan? Karenanya di suatu malam sehabis pulang lembur, saya mengajak teman bertandang ke sana. Tempatnya tidak begitu besar namun interiornya cukup unik, terutama dindingnya yang dicat dengan warna-warna 'berani' dan dihiasi beberapa pernak-pernik menarik.Jenis makanan yang disajikan ada dua macam, yaitu khas Jawa Timur-an dan Chinese Food. Namun yang paling banyak dipesan tentunya bebek goreng. Saya dan teman akhirnya memutuskan untuk memesan nasi bebek goreng, bebek cobek, lemon squash dan teh poci. Hanya menunggu sekitar 10 menit, makanan segera dihidangkan. Hmm... potongan bebek goreng cukup besar, terlihat garing dan renyah, disajikan dalam wadah anyaman bambu beserta lalap ketimun, selada dan tomat. Sambalnya ada dua macam, yaitu sambal cabai mentah dan matang. Sementara nasi disajikan terpisah di piring besar dengan sejumput bumbu bebek goreng beradu dengan minyak jelantah di atas nasi. Tampilan bebek cobek sendiri cukup unik. Ternyata bukan bebek yang disajikan di atas cobek batu, melainkan nasi putih di atas sambal mentah perpaduan antara bawang dan cabe rawit. Bebek goreng dan lalapan tetap berada di wadah bambu disertai tahu, tempe dan teri goreng.Sekarang waktunya menikmati bebek goreng. Bebek yang sebelumnya telah dibumbui dan dipresto kemudian digoreng. Meskipun bagian luarnya begitu garing dan renyah namun daging bebek sangat empuk dan sama sekali tidak amis. Rasanya enak dan gurih meskipun saya tidak dapat mendefinisikan secara pasti jenis bumbu yang digunakan. Dipadukan dengan sambal dan lalap, waduh... sensasinya sungguh luar biasa, meskipun mulut dan perut mulai terasa panas karena rasa sambal cabe mentah yang cukup pedas. Untunglah segelas es lemon soda perlahan-lahan mulai mendinginkan perut. Rasanya cukup pas, manis asam jeruk nipis dengan dengan soda sangat menyegarkan. Nah, sekarang review bebek cobeknya. Dari segi rasa bebek goreng tentunya sama saja, namun cara menikmatinya yang berbeda. Pertama-tama, teman menaburkan seluruh teri goreng di atas nasi secara merata kemudian mencuil seiris bebek goreng dicampur bersama nasi, teri dan sambal, baru memakannya dengan sepenuh perasaan. "Wah, enak banget nih.", cetusnya gembira. Saya jadi penasaran ingin mencicipi juga. Ternyata memang benar, rasanya sungguh nikmat meskipun sambal bawangnya relatif berbumbu minimalis. Karena tahu dan tempe tidak tersentuh, akhirnya saya makan dengan secoel sambal goreng. Teuteup...enak tuh. Tahunya sedikit kenyal namun empuk mirip tahu Cibuntu Bandung, sedangkan tempe goreng rasanya tidak perlu dikomentari lagi pokoknya bikin ketagihan deh.Selesai makan, saya masih bersantai ria menikmati teh poci dan sebungkus rempeyek kacang. Teh kental dan panas diaduk dengan gula batu secukupnya dalam cangkir tanah liat mungil. Diseruput perlahan-lahan sehingga terasa hangat di kerongkongan. Tanpa terasa dua cangkir teh telah dihabiskan dan malam semakin larut. Para pelayan mulai membereskan kursi dan meja makan pertanda resto akan segera tutup. Sayapun beranjak pergi dan membayar makanan. Nyaris tak percaya, untuk hidangan senikmat itu hanya menghabiskan sekitar Rp 70.000,00-an. Wah, pastinya saya akan kembali lagi dan mengajak teman-teman lain untuk menikmati bebek goreng Soeryo ini!!!
(ely/Odi)