Kuliner Bandung Emang Gak Ada Matinya!

Kuliner Bandung Emang Gak Ada Matinya!

- detikFood
Rabu, 29 Sep 2010 14:28 WIB
Jakarta - Nama Pengirim: Ervita
Email: ervita23[at]xxx.com

Kalau ada yang bilang kuliner Bandung gak ada matinya, pastinya hal tersebut memang benar adanya. Sebut saja batagor, lo mie, lemper, awug, sampai aneka brownies dan cake, kesemuanya memperkaya kuliner Bandung. Mau dicicipi semua? Siapa takut!

Akhirnya jadi juga acara jalan-jalan saya bersama teman-teman ke Bandung setelah sempat tertunda beberapa kali. Perjalanan lancar karena bukan weekend dan total perjalanan Jakarta-Bandung kali ini hanya 1,5 jam saja, sampai akhirnya memasuki tol Pasteur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama-tama kami memutuskan untuk sarapan di Lo Mie di Jl. Imam Bonjol. Selain Lo Mie, di sini ada beberapa gerobak makanan seperti batagor dan es sekoteng Bungsu. Yang kami pesan hanya Lo Mie dan es Sekoteng, satu porsi untuk dimakan beramai-ramai karena masih banyak lagi tempat makan yang akan kami datangi, jadi harus mengatur isi perut supaya tidak kepenuhan.

Lo Mie ini memakai jenis mie yang besar dan kuahnya agak kental dan terasa manis. Topingnya daging ayam cincang, sawi yang generous, beserta pangsit rebus dan bakso. Hmm yummy... dengan dessert es sekoteng Bungsu, mantap sekali sarapan kami di pagi yang cerah.

Dari jalan Imam Bonjol mobil diarahkan ke RM Angkasa yang ada di Jl. Tengku Angkasa No 37. Menu yang terkenal di sini adalah gado-gado dengan gagrak kuah siram. Sayang karena perut masih kenyang jadi kami hanya pesan asinannya saja. Asinan terdiri dari campuran buah dan sayuran berupa daun selada serta taburan kacang tanah dengan kuahnya yang pedas segar.

Lanjut lagi dengan pemberhentian berikutnya yaitu Roemah Kopi di Jl. Terusan Ranca Kendal. Di sepanjang jalan ini banyak terdapat kafe, di mulai dari Wale alias Warung Lela yang ngetop dengan mie ayamnya di ujung dan masih ada beberapa kafe lain. Semuanya menjual view ke arah perbukitan dago pakar.

Interior Café Roemah Kopi bergaya rumahan yang penuh dengan pernak pernik jaman dulu. Terdapat teras-teras dengan kursi kayu atau kalau datang berombongan bisa memilih tempat lesehan yang nyaman dengan bantal-bantal. Menu yang ditawarkan berupa serba-serbi kopi sesuai nama cafenya.

Saya memesan kopi bernama Havana yang berupa campuran kopi dengan es krim vanilla dan caramel. Sedangkan teman saya memesan ice chocholate. Untuk jenis makanannya tidak sempet memperhatikan, karena niat awal memang hanya ngupi-ngupi. Di sini, teman saya yang bertempat tinggal di Bandung datang menyusul dengan membawa lemper Purnama yang sedang kondang itu.

Lempernya dibungkus cantik di dalam wadah karton dan ada 3 rasa, original, ayam, dan tuna. Lemper isi tuna rasanya pedas, tetapi yang isian ayam rasanya cenderung manis. Lempernya sendiri pulen dan empuk dan konon katanya tidak cepat basi. Tempat jualannya terletak di Jl. Dipati Ukut No. 53, Citi Trans Pool.

Setelah puas menikmati kopi dan mengobrol, lanjut lagi untuk makan siang ke RM Ibu Haji Ciganea di Jl. Merak, belakang Telkom. Oh iya, sekarang namanya sudah berubah dari RM Ibu Haji Ciganea menjadi RM Ibu Haji Cijantung Purwakarta. Makan siang dengan menu ayam goreng yang gurih serta lalapan dan sambal khasnya yang pedas, olala.. enak sekali. Di dinding resto banyak sekali testimoni dari para selebriti yang pernah makan di sini.

Selesai makan siang tujuan berikutnya adalah Hansen, café kecil yang nyaman di Jl Cibeunying. Kami ingin mencoba cinnamon rolls yang menjadi makanan khas kafe ini, selain itu ada carrot cake dan beberapa cake lainnya. Cafenya kecil tapi nyaman, asyik buat ngobrol-ngobrol. Cinnamon roll-nya bertekstur agak lembek tetapi harum kayu manisnya cukup menggoda. Sedangkan carrot cake-nya lumayan enak. Lembut dan manisnya pas.

Oh iya, kami sebelumnya mampir dulu di tukang jual awug di pinggir jalan Cisangkuy. Awug adalah makanan tradisional khas Sunda yang terbuat dari tepung beras, gula merah, dan taburan kelapa parut. Dibuat bentuk kerucut besar yang diletakkan di atas daun pisang, penjualnya seorang ibu setengah baya tinggal memotong-motongnya sesuai pesanan.

Untuk kotak ukuran kecil harga awug ini Rp 6000,00 dan yang sedang Rp 10.000,00. Karena manisnya gula merah awugnya sampai dikelilingi lebah. Ini karena ibu penjualnya yang bilang, itu bukan lalat neng tetapi lebah karena gula merahnya.

Setelah kenyang makan roti dan cake di Hansen, lanjut lagi membeli oleh-oleh di batagor Kingsley dan Kartika Sari di Jalan Dago. Jadi tinggal pilih, mau brownies, mollen, cheese stick, kue basah dan aneka camilan kering. Tempatnya juga udah lebih besar, dua lantai. Biarpun hari biasa, tempat ini selalu penuh.

Karena hari sudah sore dan hujan rintik-rintik mulai turun, kami memutuskan untuk mengakhiri one day trip ke Bandung dengan singgah di Somay Tulen di peristirahatan tol Cipularang. Kali ini request dari teman perjalanan saya yang penasaran dengan Somay Tulen setelah dibawakan temannya. Seperti apa sih penampakannya?

Hmm.. ternyata hanya somay biasa sepertinya, tetapi kuah kacangnya lebih kental dan sudah pedas karena langsung diberi sambal. Kalau tidak salah harganya per satuan Rp 3500,00. Tak terasa sudah 9 tempat makan yang kami datangi dalam sehari ini. Kami pun kembali di ibukota dengan perut kenyang dan hati senang!
(dev/Odi)

Hide Ads