Menurut tradisi, orang Yahudi makan bagel pada hari Sabbat karena pada hari itu mereka dilarang memasak. Bagian atas permukaan bagel biasanya ditaburi wijen, kismis, atau poppy seed, bahkan kadang juga ada yang ditaburi garam krosok. Umumnya bagel dibelah dan diisi cream cheese. Ada juga yang suka menyantapnya dengan selai.
Di Indonesia, bagel kurang populer, karena itu tidak banyak toko roti yang menjual bagel. Satu-satunya bagel di Indonesia yang selama ini saya sukai adalah buatan Made’s Warung di Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paket lunch saya datang dengan bagel sandwich yang dibungkus kertas, dan sekantung potato chips. Ini sungguh gaya penyajian sandwich seperti biasa dilakukan di deli (delicatessen = cafe yang menyajikan sandwich dan lain-lain) di New York. Bagel-nya sungguh-sungguh autentik dari segi bentuk, citarasa, dan tekstur. Crunchy on the oputside, soft yet chewy on the inside. Bagian luarnya ditaburi wijen dan poppy seed.
Ayam bakar Thai-nya sungguh mak nyuss! Lembut, empuk, gurih, dengan tendangan rasa asam-manis khas Thai yang memukau. Daun selada, tomat, dan saus Thai-nya memang membuat bagel ini agak sulit ditangani. Dijamin berlepotan. Tapi, jangan khawatir. Memang begitulah kenikmatan makan bagel. Tidak perlu khawatir menjilati jari-jari Anda yang berlepotan sesudah itu. Memang finger-licking good!
Minuman yang saya pesan – Thai iced tea – juga sangat otentik dan sangat padan dengan bagel sandwich pesanan saya.
Pilihan bagel sandwich yang lain adalah Ultimate Veggie (Rp 40 ribu), Tuna Salad (Rp 45 ribu), Smoked Ham and Cheese (Rp 45 ribu), dan Egg, Bagon, Cheese (Rp 45 ribu).
Saya juga membeli setengah lusin bagel untuk dibawa pulang (Rp 10 ribu per biji, Rp 55 ribu untuk setengah lusin). Supaya tidak perlu mampir ke toko swalayan lagi, di sini pun tersedia cream cheese untuk dibawa pulang dengan harga Rp 18-20 ribu per tabung kecil. Cukup untuk sarapan berdua selama tiga hari berturut-turut.
Bagel2Bagel
Jl. Benda 10, Kemang
Jakarta Selatan
021 7827218
(dev/Odi)