Beberapa bulan yang lalu, saya menghadapi situasi serupa. Di Siam Sally, Ubud, saya ditawari ayam goreng. Duh, kenapa ya harus makan ayam goreng di restoran yang menyajikan masakan Thai seperti ini? Sekalipun tidak saya pesan, Karen - pemiliknya -tetap saja mengirim seporsi ke meja saya. Namanya di daftar menu adalah: Ayam Goreng Chatuchak. Chatuchak adalah nama pasar akhir pekan di Bangkok.
Penampilannya agak greasy - berminyak. Saya semakin "melecehkan" ayam goreng ini. Tetapi, karena diminta mencoba, saya ambil juga sepotong. Eh? Lho? Kenapa enak sekali ayam goreng ini? Empuk, lembut, dan gurih sangat. Akhirnya, justru ayam goreng itulah yang menjadi "bintang" pada makan siang itu.
Di Jakarta, ada satu rumah makan yang menjual ayam goreng dan pernah saya juluki sebagai juara dunia. Maklum, hanya di tempat inilah saya mampu menghabiskan empat potong ayam - alias satu ekor ayam kampung utuh - sekali duduk. Nasi dan yang lain-lain menyingkir semua. Saya hanya makan ayam gorengnya dengan saus dan sambal.
Nama rumah makan ini adalah H. Mardun Martinah, Jl. Tamansari 17C (021 92290500). Sekilas penampilannya mirip ayam pop yang biasa kita temui di rumah makan khas Padang. Yaitu, ayam yang direbus dengan bumbu, lalu digoreng cepat. Warnanya masih agak pucat, dengan minyak yang masih melumuri seluruh permukaannya sampai mengkilat. Biasanya, saya selalu memakai selembar tissue untuk "menyerap" minyak, sebelum kemudian membenamkan gigi untuk memangsa ayam goreng super lezat ini. Disediakan saus kacang yang dapat dicampur dengan kecap manis dan sambal - menjadi cocolan yang sungguh cantik. Juga tersedia acar bawang merah dan acar kuning timun-wortel. Mak nyusssss!
Maaf, tanpa terkesan mencampuri urusan orang, saya perlu menjelaskan bahwa di Jalan Mangga Besar Raya 60A (021 6290229) juga ada sebuah rumah makan ayam goreng dengan nama persis sama: H. Mardun Martinah. Ini bukan palsu! Almarhum Mardun dulu memang punya dua istri. Istri kedua - seorang keturunan Tionghoa - kemudian juga membuka usaha yang sama. Begitu juga anak mereka, membuka rumah makan ayam goreng bernama sama di Jalan Raya Panjang (021 33804566). Silakan pilih yang mana. Saya sendiri sering makan di Tamansari maupun Mangga Besar. Beti - beda tipis - tetapi sama lezatnya.
Ayam goreng yang sangat mirip dengan Mardun adalah buatan Mbah Karto, Jl. Jaksa Agung R. Suprapto 8, Sukoharjo (pinggiran Solo, Jawa Tengah, 0271 7080464). Sedikit di bawah Mbah Karto adalah Ayam Kleco, Jl. A. Yani 376, Kartasura (0271 740201). Bedanya dengan Mardun, Mbah Karto maupun Kleco menggoreng ayamnya lebih coklat.
Di Yogyakarta juga ada ayam goreng favorit saya - Mbok Sabar, Jl. Jagalan 23A (0274 588467). Di sini ayamnya dibumbui bacem, sehingga tone-nya lebih manis. Gurih dan empuknya sangat mempesona.
Beberapa ayam goreng lain yang tidak akan saya lewatkan antara lain adalah RM Pagi-Sore di Padang, Ibu Suharti di Yogyakarta, dan Ayam Tangkap di Banda Aceh. Masing-masing memiliki karakter tersendiri. Ayo, ceritakan ayam goreng favorit Anda. (Bondan Winarno)
(eka/Odi)