Saat makan di restoran Jepang, ocha menjadi pilihan yang banyak dipesan sebagai pendamping makan. Faktanya minum ocha setelah makan justru tak direkomendasikan.
Ocha dalam bahasa Jepang merujuk pada teh secara umum. Ocha paling sering disajikan di restoran Jepang dalam bentuk teh hijau atau sejenisnya.
Bahkan hampir semua tempat makan bergaya Jepang memberikan fasilitas bebas isi ulang atau free refill untuk pelanggan yang memesan. Faktanya, minum ocha selagi atau tepat sesudah makan tidak dianjurkan oleh ahli kesehatan.
Dilansir dari penelitian yang dipublikasi pada PubMed, salah satu penyebab utama efek samping ocha disebabkan oleh tanin. Senyawa polifenol dalam teh yang dapat berikatan dengan zat besi non-heme (besi dari sumber nabati).
Beberapa pengamatan ahli menyoroti efek penghambatan ini paling jelas dalam penelitian satu kali makan, meski pada konsumsi jangka panjang dampaknya terhadap status zat besi tidak selalu konsisten. Dalam studi terdahulu, mekanisme penghambatan besi dijelaskan melalui eksperimen pada tikus, tanin teh membentuk kompleks dengan ion besi di lumen usus sehingga besi tidak bisa diserap dengan efisien.
Baca juga: Viral Filadelfia Sushi dari Bali 'Mendarat' di Jakarta, Begini Kenikmatannya!
Bukti in vitro juga mendukung hal ini. Sebagai contoh, penelitian di Universitas Andalas, yang dipublikasi pada Jurnal FK Unand, menunjukkan polifenol (termasuk tanin) dalam teh hijau dan teh hitam dapat menghambat reaksi besi dalam larutan, menandakan potensi pengikatan yang bisa relevan di saluran pencernaan.
Penelitian dari Universiti Teknologi MARA menemukan kadar tanin signifikan pada kantong teh hijau komersial. Karena kandungan ini, jika dikonsumsi dekat dengan makanan kaya zat besi, terutama sumber nabati, ada kemungkinan penurunan penyerapan besi.
Sebuah penelitian tentang remaja di jurnal Public Health Science menemukan kebiasaan minum teh setelah makan berkaitan dengan risiko lebih besar anemia karena efek tanin pada penyerapan besi. Kafein dalam teh, meski lebih rendah daripada kopi, bisa merangsang lambung dan mempercepat sekresi asam lambung.
Bagi sebagian orang, efek tersebut berisiko menimbulkan perut kembung atau refluks. Selain itu, jika cairan pencernaan tercampur oleh minuman seperti teh, efisiensi kerja enzim pencernaan bisa sedikit menurun.
Banyak ahli gizi merekomendasikan jeda waktu antara makan dan minum teh. Umumnya disarankan untuk menunggu 1-2 jam setelah makan sebelum minum ocha, agar penyerapan nutrisi seperti besi tetap optimal dan pencernaan tetap nyaman.
Beberapa juga menyarankan minum teh 30 hingga 60 menit sebelum makan sebagai alternatif. Cara ini membantu tubuh tetap merasakan manfaat antioksidan teh hijau tanpa terlalu mengganggu nutrisi dari makanan.
Namun hal ini bukan berarti minum ocha setelah makan dilarang secara mutlak. Pada kondisi tubuh yang sehat, sesekali minum teh atau ocha setelah makan bukan masalah besar.
Risiko pada penderita anemia yang menjadi sorotan tajam ahli kesehatan. Apalagi ancaman risiko yang lebih parah pada jangka panjang, terutama untuk wanita dalam usia subur atau mereka yang memiliki gangguan pada lambung.
Simak Video "SIAL InterFOOD 2025 Menjadi Wadah Inovasi dan Kolaborasi Industri Pangan Asia Tenggara"
(dfl/adr)