Asupan makanan tak hanya memengaruhi berat badan atau lingkungan, tapi juga otak, suasana hati, dan kadar energi. Pakar pun mengungkap makanan yang jika dikonsumsi justru memicu lelah dan stres. Berikut daftarnya!
Usus dan otak punya komunikasi dua arah dimana kesehatan keduanya saling memengaruhi. Bahkan ada ungkapan yang menyebut usus sebagai 'otak kedua' manusia.
Ketika peradangan terjadi di usus, maka pasokan energi untuk otak dan tubuh bakal berkurang. Hasilnya, tak hanya bikin seseorang lemas, lelah, atau stres, tapi paparan radikal bebasnya juga bisa merusak jaringan otak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari CNBC Make It (14/5/2022), Dr. Uma Naidoo mengungkap 5 makanan yang justru memicu lelah dan stres saat dikonsumsi:
1. Makanan olahan
Makanan olahan seperti cookies kemasan, keripik, permen, soda, hingga roti kemasan, biasanya mengandung gula olahan dan gula tambahan. Seringnya dalam bentuk sirup jagung tinggi fruktosa. Asupan "banjir gula" ini bisa memicu inflamasi di otak hingga berdampak pada depresi serta kelelahan.
Alih-alih beli makanan olahan, lebih baik konsumsi makanan utuh, alami, dan segar. Misalnya buah, sayur, daging sapi organik, dan ikan.
2. Minyak olahan
![]() |
Proses industrialisasi mendorong produksi minyak olahan yang murah dan banyak. Minyak ini terbuat dari produk sampingan tanaman pangan yang melimpah, misalnya jagung, kedelai, bunga matahari, dan sawit.
Proses pengolahan yang tinggi membuat minyak ini tinggi kandungan asam lemak omega-6 yang bersifat inflamasi, bukan asam lemak omega-3 yang bersifat sebaliknya. Penelitian menunjukkan orang yang mengonsumsi makanan tinggi asam lemak omega-6 berisiko lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan mereka yang mengonsumsi makanan tinggi omega-3. Sebagai solusi, bisa beralih ke minyak zaitun extra virgin atau minyak alpukat saat memasak.
3. Sumber gula tambahan dan gula rafinasi
Gula tak hanya terkandung dalam produk makanan manis, tapi juga produk makanan kemasan, seperti saus tomat, saus salad, hingga makanan gurih seperti kentang goreng.
Gula tambahan dan gula rafinasi memperburuk peradangan dan membuat tubuh kelebihan gula daripada yang dibutuhkan. Kondisi ini dapat meningkatkan kecemasan dan suasana hati yang tidak stabil.
Gula memiliki efek adiktif. Jadi, semakin sedikit gula yang kita konsumsi seiring waktu, maka semakin sedikit pula keinginan kita untuk mengonsumsinya. Untuk mengurangi ketergantungan pada gula, kamu disarankan beli makanan utuh yang tidak dibuat dengan gula tambahan.
4. Makanan yang digoreng
![]() |
Makanan yang digoreng terasa nikmat karena teksturnya renyah dan sering kali diberi bumbu tambahan yang bikin rasanya gurih sedap. Namun, konsumsinya perlu dibatasi.
Sebuah studi tahun 2016 mengamati 715 pekerja pabrik dan mengukur tingkat depresi, ketahanan, dan konsumsi mereka akan makanan yang digoreng. Hasilnya, peneliti menemukan orang yang mengonsumsi lebih banyak makanan yang digoreng lebih mungkin mengalami depresi seumur hidup mereka.
Konsumsi makanan yang digoreng kemungkinan besar merusak suasana hati karena biasanya digoreng dengan lemak tidak sehat.
5. Pemanis buatan
Pengganti gula kini semakin banyak ditemukan pada makanan yang diklaim "sehat". Namun, pemakaiannya ternyata dapat menyebabkan depresi.
Sebuah studi menunjukkan, orang yang mengonsumsi pemanis buatan, terutama melalui minuman diet, lebih depresi daripada mereka yang tidak mengonsumsinya.
Lebih buruk lagi, beberapa studi telah menunjukkan konsumsi pemanis buatan dapat menjadi racun bagi otak. Sifatnya mengubah konsentrasi neurotransmitter pengatur suasana hati.