6 Pola Jendela Makan Diet Intermittent Fasting, Ada yang Cocok Buat Pemula

6 Pola Jendela Makan Diet Intermittent Fasting, Ada yang Cocok Buat Pemula

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Kamis, 09 Jan 2025 08:00 WIB
Diet Intermittent Fasting, Ini Panduan dan Menunya untuk Turunkan Berat Badan
Foto: Getty Images/iStockphoto/everydayplus

4. 'Eat stop eat diet'

'Eat stop eat diet' pada dasarnya adalah variasi diet 5:2. "Anda makan apa pun yang Anda inginkan dan kemudian selama satu atau dua hari, Anda berpuasa sepenuhnya dengan hanya mengonsumsi minuman berkalori nol," kata ahli gizi Keri Gans.

Namun Cording kurang menyukai pola ini. "Saya tidak suka menghilangkan kalori dalam sehari penuh," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

5. Puasa selang-seling

Interval fasting diet. Intermittent fasting concept represented with a plate and products on gray background. Healthy lifestyle. Fat loss concept. Top viewFoto: Getty Images/iStockphoto/Yummy pic

Pola puasa ini melibatkan makan seperti biasa pada satu hari dan membatasi kalori pada hari berikutnya. Kamu dapat memilih untuk berpuasa sepenuhnya selama hari-hari tersebut atau membatasi diri hingga 500 kalori, kata Cording.

Bagi Cording rencana ini sulit diikuti. "Ini cenderung menciptakan pola pikir makan atau kelaparan. Orang cenderung melakukan hal yang berlebihan pada hari-hari tanpa puasa," katanya.

ADVERTISEMENT

Penelitian juga tidak menunjukkan bahwa kamu akan kehilangan lebih banyak berat badan dengan diet ini dibandingkan dengan diet pemotongan kalori yang lebih tradisional.

6. Diet Prajurit

The Warrior Diet atau Diet Prajurit adalah cara unik untuk puasa berselang. Gans mengatakan, "Anda dapat makan buah dan sayuran mentah dalam jumlah sedikit sepanjang hari, dan menikmati empat jam di malam hari untuk makan apa pun yang Anda inginkan."

Diet ini diciptakan oleh penulis kebugaran dan kesehatan Ori Hofmekler dan berfokus pada makan makanan organik yang tidak diolah.

Namun Cording tidak menyukai pola diet IF ini. "Ketika seseorang tidak mendapatkan cukup protein di siang hari, itu membuat mereka ingin makan. Lalu saat mereka makan, mereka makan dalam jumlah sangat banyak, mungkin jauh lebih banyak daripada yang seharusnya. Itu tidak membantu kesehatan metabolisme," katanya.


(adr/odi)

Hide Ads