Kol Goreng Pelengkap Pecel Ayam Bisa Sebabkan Kanker, Ini Alasannya

Kol Goreng Pelengkap Pecel Ayam Bisa Sebabkan Kanker, Ini Alasannya

Riska Fitria - detikFood
Kamis, 11 Jan 2024 13:30 WIB
Bahaya makan kol goreng
Foto: iStock
Jakarta -

Makan pecel ayam tak lengkap tanpa sambal dan kol goreng. Ternyata sering konsumsi kol goreng berbahaya untuk kesehatan, bisa memicu kanker bisa menyebabkan kanker.

Selain lalapan segar dan sambal, kini pecel ayam populer dengan pelengkap kol goreng. Biasanya, lalapan segarnya terdiri dari timun, daun kemangi, selada, dan kol yang disajikan segar.

Namun kini, banyak penjual pecel ayam yang menyajikan kol tersebut dengan cara digoreng. Kol segar dipotong kasar lalu digoreng dalam minyak panas dan banyak. Tak disangka, banyak disukai orang karena rasanya gurih enak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, di balik kelezatannya, kol goreng ternyata berbahaya bagi kesehatan, apalagi jika sering dikonsumsi. Hal tersebut diungkap oleh seorang dokter lewat video TikTok @dr1share (06/01/24).

ADVERTISEMENT
Kol gorengKol goreng bisa menyebabkan kanker. Foto: Istimewa

"Siapa yang suka makan ayam goreng pakai kol goreng? Kol goreng hangus ini, mulai sekarang jangan makan lagi. Itu bisa menyebabkan kanker," tuturnya.

Ia menjelaskan bahwa saat menggoreng kol terjadi reaksi kimia. Dikutip dari World of Buzz (07/01/24) reaksi tersebut dikenal dengan sebutan reaksi Maillard.

Menurut dokter tersebut, reaksi Maillard dapat menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai Akrilamida, atau karsinogen yang dikaitkan dengan risiko kanker.

"Makan kol goreng ini bisa membuat kita terpapar Akrilamida, sehingga meningkatkan risiko terkena kanker lebih tinggi," ujarnya lebih lanjut.

Pedas Mantap! 20 Pecel Lele & Ayam Rp 20 Ribuan Ada di SiniKol yang digoreng berbahaya dikonsumsi karena meningkatkan kandungan lemak trans. Foto: Istimewa

Ia juga mengatakan bahwa ini masih bersifat karsinogenik, sehingga diperlukan lebih banyak data untuk mengkonfirmasi teori ini. Namun, harus tetap waspada.

Hal ini pernah dibahas oleh ahli gizi Mochammad Rizal dari Indonesia Sport Nutritionist Association (ISNA) dalam artikel detikHealth (06/07).

Ia menjelaskan bahwa sejauh ini belum menemukan referensi kol goreng yang dikaitkan dengan senyawa amina heterosiklik. Bisa jadi, senyawa itu dihasilkan dari alat masak.

"Ada kemungkinan senyawa tersebut diperoleh dari kerak panci atau wajan, bukan pada sayurannya," tutur Mochammad Rizal.

Meski begitu, ia juga menuturkan bahwa kol goreng memang tidak baik dikonsumsi setiap hari. Kol goreng yang diolah dengan banyak minyak mengandung lemak yang tinggi.

"Lemak trans itu berisiko buruk bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Kalau ingin menggoreng makanan, sebaiknya gunakan sedikit minyak," tutupnya.




(raf/odi)

Hide Ads