Susu gandum atau oat milk tengah viral dan dipercaya sebagai susu alternatif yang lebih sehat. Ternyata ada beberapa fakta tersembunyi di baliknya.
Popularitas susu gandum atau yang juga populer disebut oatmilk terus meningkat. Banyak pegiat diet sehat yang semakin gencar mencari alternatif asupan makanan untuk menghindari produk-produk tinggi lemak hewani.
Salah satunya susu gandum yang kini banyak dikonsumsi baik secara murni maupun dicampur dalam segelas es kopi susu. Di rak-rak supermarket susu gandum bisa banyak ditemukan jenis, merek, dan varian rasanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata jauh sebelum viral susu ini telah hadir dan dikonsumsi oleh banyak orang. Ada beberapa fakta menarik yang tersembunyi dibalik kemasan susu yang sedang digandrungi para pegiat kesehatan.
Baca juga: Getok Harga Nasi Campur Rp 81 Ribu, Penjualnya Hanya Tersenyum
Berikut ini 5 fakta menarik susu gandum menurut Mashed:
![]() |
1. Sudah ada sejak lama
Situs Time menyebutkan bahwa susu gandum sebenarnya sudah diproduksi dan dipasarkan sejak lebih dari tiga dekade. Rickard Oste adalah peneliti dari Lund University di Swedia yang telah memproduksi susu gandumnya.
Oste memulai eksperimen dan produksi produk susu gandumnya sejak 1990an dalam upaya menemukan susu alternatif untuk penderita intoleran laktosa. Oste menggunakan gandum karena tanaman tersebut tumbuh subur di Swedia.
Sejak saat itu Oset mulai memperbanyak produksi susu gandumnya dan memasarkan pada penggemar susu di Swedia. Baru pada 1996 produk buatan Oste diekspor dan populer di benua Amerika.
2. Mengalahkan popularitas susu almond
Kehadiran susu gandum ini dengan cepat mengganggu popularitas susu non-dairy yang lain. Saat mulai viral dan banyak diburu pelanggan supermarket, susu almond yang sebelumnya lebih populer mengalami penurunan penjualan.
Padahal sebelumnya susu almond berada pada popularitas paling atas bahkan mengalahkan susu kedelai. Pada 2017 Bloomberg Businessweek melaporkan penjualan susu gandum hanya sebesar Rp 68 miliar.
Tetapi 3 tahun setelahnya susu non-dairy ini mengalami peningkatan pesat hingga Rp 452 miliar. Liz Specht selaku Associate Director dari The Guardian menyebut ada peluang perkembangan yang lebih besar lagi untuk industri susu gandum.
Fakta menarik lainnya ada di halaman berikutnya.