Berat badan bisa turun saat seseorang mengalami defisit kalori. Dengan konsep ini, banyak orang memperhatikan betul asupan kalori mereka. Jangan sampai kalori yang masuk lebih dari yang dibutuhkan. Kalori sendiri merujuk pada banyaknya energi dalam sebuah makanan atau minuman.
Defisit kalori juga menyebabkan hilangnya massa otot serta berkurangnya tingkat metabolisme secara signifikan. Untuk mencapai defisit kalori, seseorang harus tahu betul kebutuhan kalori harian mereka. Biasanya untuk wanita sekitar 1.000 - 1.500 dan pria berkisar 1.500 - 2.000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Menghitung kalori per hari, bukan per makanan
Foto: Instagram: @thefashionfitnessfoodie
|
Dikutip dari Live Strong (11/10), ada konsep lama soal menghitung asupan kalori dimana targetnya adalah asupan kalori per hari. Namun hadir konsep baru yang lebih menyoroti bagaimana menghitung kalori berdasarkan makanan. Konsep ini dinilai lebih efektif.
Sebuah penelitian dalam Journal of Consumer Research Agustus 2019 mengungkap bahwa ketika pelaku diet merencanakan dan menghitung kalori berdasarkan makanan yang dikonsumsi, mereka berakhir mengasup lebih sedikit kalori di hari itu. Jumlahnya bisa 100 Kkal lebih sedikit.
Mengapa? Ternyata ini karena penurunan berat badan berkaitan dengan motivasi. Dengan mengatur penghitungan kalori per makanan, Anda bisa lebih berhati-hati setiap waktu makan. Beda hal ketika targetnya per hari. Anda bisa saja mengasup terlalu banyak makanan.
2. Salah memperkirakan kalori yang sudah terbakar
Foto: iStock
|
Sudah olahraga dan jaga asupan kalori, tapi berat badan tak kunjung turun? Bisa jadi karena Anda salah memperkirakan jumlah kalori yang sudah terbakar sehabis olahraga berat. Sebuah ulasan komprehensif di tahun 2012 membuktikan hal tersebut.
Terungkap bahwa orang-orang cenderung memberikan 'hadiah' berupa makanan terlalu banyak untuk dirinya sendiri usai olahraga berat. Akhirnya mereka berpikir, semakin berat olahraga maka semakin banyak pula kalori yang bisa dikonsumsi.
Konsep tersebut salah. Sebab Anda harus tetap memperhatikan benar asupan kalori. Cara termudah adalah dengan menggunakan aplikasi buku harian makanan digital. Dengan begini Anda bisa lebih mudah mengatur semuanya.
3. Keliru menilai ukuran porsi
Foto: iStock
|
Kunci utama menjaga asupan kalori adalah tidak keliru menilai ukuran porsi bahan makanan. Sebab penambahan sedikit saja porsi bisa berpengaruh signifikan terhadap hasil akhir. Misalnya saja ekstra 1 sendok makan minyak zaitun bisa menambah asupan ratusan kalori.
Mengatur ukuran porsi makan mungkin akan sedikit membingungkan di awal, namun seiring waktu Anda bisa lebih terbiasa. Terutama ketika sedang makan di luar rumah. Meski sudah memperkirakan jumlah kalori dalam suatu hidangan, bisa jadi perkiraan Anda meleset.
Sebuah studi dalam British Journal of Medicine tahun 2013 menemukan kalau banyak orang kerap menganggap remeh kandungan kalori hidangan di restoran. Biasanya mereka salah memperkirakan 20% lebih sedikit dari nilai kalori sebenarnya.
4. Tidak mengontrol asupan camilan
Foto: shutterstock
|
Menikmati beberapa butir permen atau mencicip makanan milik teman lain ternyata bisa mempengaruhi perhitungan asupan kalori harian. Belum lagi kebiasaan ngemil yang dilakukan hampir semua orang di sela-sela waktu makan.
Sebuah penelitian di Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics tahun 2019 menemukan sekitar 70% pegawai makanan menikmati makanan gratisan. Sayangnya makanan tersebut kerap tinggi lemak jenuh, karbohidrat olahan, dan gula sehingga menjadi masalah dalam menjaga asupan kalori.
Penting untuk selalu memperhatikan tiap makanan yang masuk ke mulut Anda. Pastikan semuanya sehat dan terkontrol nilai kalorinya.
5. Tidak paham informasi label makanan
Foto: FDA/iStock
|
Terakhir, ada hal penting yang wajib Anda lakukan. Pastikan selalu membaca dan memahami informasi label makanan. Banyak orang belum memiliki kemampuan ini. Penelitian bahkan mengungkap faktanya.
Sekitar 25% orang dewasa di Amerika Serikat ternyata tidak bisa memperkirakan nilai kalori dari setiap produk makanan kemasan yang dibelinya. Sementara 40% tidak bisa mengkalkulasikan persentasi kebutuhan kalori harian.
Sebagai panduan, untuk nilai kalori harian bisa memakai standar kebutuhan 2.000 kalori. FDA pernah mengelompokan kadar kalori dalam makanan kemasan sebagai berikut:
Rendah, jika kadar kalori mendekati atau sekitar 40
Sedang, jika kadar kalori mendekati atau sekitar 100
Tinggi, jika kadar kalori mendekati atau sekitar 400
Halaman 2 dari 6