Dilansir Fox News (29/4), Tim peneliti yang dikepalai Professor Herbert Herzog, kepala Eating Disorder di Garvan Institute of Medical Reasearch, Australia mengungkap bahwa makan comfort food saat stres justru sebabkan kenaikan berat badan yang cukup besar.
![]() |
"Penelitian ini menunjukkan bahwa kita harus lebih sadar soal apa yang kita makan saat kita sedang stres agar terhindar dari obesitas," jelas Profesor Herzog.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asupan makanan lebih banyak dikendalikan oleh bagian otak yang disebut hipotalamus. Sedangkan bagian otak lain seperti amigdala memproses respon emosional termasuk rasa cemas.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa ketika tikus stres dalam waktu yang cukup lama lalu melahap makanan berkalori tinggi, tubuh mereka menjadi lebih cepat gemuk dibanding saat mereka mengonsumsi makanan yang sama di lingkungan yang bebas stres.
![]() |
Kabarnya hal itu disebabkan lantaran terbentuknya senyawa 'stres-eating'. Ada molekul yang disebut NPY di tengah kenaikan berat badan. NPY diproduksi otak sebagai respon terhadap stres yang merangsang keinginan untuk makan.
"Kami menemukan bahwa ketika kami menghentikan produksi NPY di amygdala, kenaikan berat pun berkurang," jelas penulis utama Dr Kenny Chi Kin Ip.
"Tanpa NPY, kenaikan berat badan saat mengonsumsi makanan tinggi lemak saat stres sama dengan kenaikan berat badan saat mengonsumsi makanan tinggi lemak di lingkungan yang bebas stres. Ini menunjukkan hubungan yang jelas antara stres, kenaikan berat badan, dan NPY." sambungnya.
Biasanya tubuh memproduksi insulin tepat setelah makan agar membantu sel untuk menyerap glukosa dan mengirim sinyal "berhenti makan" ke otak bahwa tibuh sudah kenyang.
![]() |
Stres kronis meningkatkan kadar insulin dalam jumlah sedikit. Tapi ketika Anda stres dan mengonsumsi makanan berkalori tinggi, kadar insulin itu melewati batas normal.
Jika hal itu terjadi dalam waktu yang cukup lama, sel-sel saraf seolah kebal terhadap insulin sehingga membuat otak sulit menerima sinyal kenyang.
Hal itulah yang mendorong sel-sel saraf untuk meningkatkan kadar NYP mereka. Hal itu yang mendorong tubuh untuk makan lebih banyak sekaligus menghentikan kemampuan tubuh untuk membakar energi melalui panas.
![]() |
Dengan kata lain hal itu menjadi sebuah lingkaran setan yang akhirnya sebabkan obesitas. "Temuan kami menunjukkan lingkaran setan di mana tingkat insulin kronis yang tinggi didorong oleh stres dan diet tinggi kalori mendorong rasa ingin banyak makan," jelas Profesor Herzog.
"Ini benar-benar menguatkan gagasan bahwa walau makan junk food dikategorikan buruk, makan makanan berkalori tinggi di bawah tekanan emosional (stres) merupakan pukulan ganda yang mendorong kenaikan berat badan," pungkasnya.