Kini makin banyak jenis minyak goreng di pasaran. Meski sama-sama dari bahan nabati tetapi tak semua minyak goreng menyehatkan untuk jantung.
Menurut Kris Sollid, ahli diet terdaftar sekaligus direktur komunikasi nutrisi di International Food Information Council Foundation, semua minyak goreng mengandung ragam jenis lemak jenuh dan tak jenuh.
Untuk itu, ketahui kandungan lemak jenuh dan tak jenuh dari minyak goreng yang biasa Anda pakai. Anda juga perlu mengetahui penggunaan dari minyak goreng yang tepat.
1. Kandungan lemak jenuh dan tak jenuh minyak goreng
"Beberapa minyak goreng mengandung lebih banyak lemak tertentu, tidak ada minyak goreng yang hanya mengandung satu jenis lemak. Minyak goreng dianggap sehat jika kaya akan lemak tak jenuh. Minyak goreng yang dianggap kurang sehat biasanya mengandung lemak jenuh atau lemak trans yang tinggi," jelas Sollid pada This Is Insider (18/3).
Minyak kanola, zaitun, dan kedelai memiliki campuran lemak tak jenuh yang sehat untuk jantung
2. Kandungan lemak dalam minyak zaitun, kanola, minyak sayur, dan nabati
Karenanya minyak goreng yang dijual bebas seperti minyak kanola, zaitun, dan kedelai masuk dalam daftar minyak goreng sehat. Karena jenis minyak inimengandung lemak tak jenuh yang baik bagi jantung.
"Minyak zaitun mengandung lemak tak jenuh tunggal (MUFA) yang tinggi tapi juga mengandung sedikit asam alfa-linolenat (ALA), jenis lemak omega-3 poliunsaturated (PUFA) yang bermanfaat," tutur Sollid. Manfaat lain dari lemak tak jenuh tunggal ialah menurunkan kolesterol LDL.
Sama seperti minyak zaitun, minyak kanola juga sumber MUFA. "Dibanding minyak zaitun, minyak kanola mengandung lebih sedikit MUFA tapi lebih sedikit lemak jenuh dan kaya akan lemak ALA omega-3," tambahnya.
Lebih lanjut Sollid menjelaskan bahwa minyak kanola punya lemak jenuh paling sedikit dan lemak omega-3 ALA paling banyak daripada minyak goreng biasa.
Terakhir, minyak kedelai atau umum disebut minyak sayur. Jenis minyak goreng yang satu ini mengandung lebih sedikit MUFA daripada minyak zaitun. Namun minyak goreng ini kaya akan lemak PUFA dan ALA omega-3. "Asam lemak tak jenuh ganda (seperti Omega-3 dan omega-6) tingkatkan kesehatan tubuh dengan membantu mengurangi kolesterol total dan LDL yang bagus untuk kesehatan jantung," jelas pakar nutrisi itu.
Tak hanya tiga jenis minyak goreng itu, Sollid juga menuturkan jika minyak nabati dan kacang-kacangan mengandung sedikit lemak trans. Karenanya keduanya minyak itu dianggap lebih sehat daripada mentega.
"Manfaat minyak goreng yang menyehatkan jantung jauh lebih penting daripada kekhawatiran soal kandungan lemak trans," kata Sollid. Faktanya, minyak goreng punya sedikit lemak trans dibanding butter atau produk hewani lain yang mengandung lemak trans alami.
3. Sesuaikan jenis minyak goreng dengan makanan yang dimasak
Chef yang sadar soal kesehatan akan memilih minyak goreng berdasarkan apa yang mereka masak. Hal itulah yang dilakukan executive chef di The Little Beet Table, restoran yang bebas sayuran, bebas gluten di New York City dan Chicago, Matt Aita.
Bukan minyak goreng biasa, Aita justru merekomendasikan minyak alpukat untuk memasak. Alasannya karena minyak itu tinggi asam lemak tak jenuh tunggal yang bisa tingkatkan kadar kolesterol sehat sekaligus penyerapan beberapa nutrisi.
Menurutnya titik asap tinggi (high smoke point) minyak alpukat dirasa jadi pilihan baik untuk memasak. Karenanya ia juga menganjurkan penggunaan minyak kanola yang memiliki high smoke point lebih besar dibanding minyak zaitun.
Meski begitu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa titik asap bukan prediktor akurat dalam memasak.
Sedangkan untuk sajian dingin alias tanpa digoreng, chef Aita merekomendasikan biji rami atau flaxseed dan minyak zaitun. "Minyak biji rami berpotensi kurangi gejala radang sendi tapi saya sarankan untuk sajian dingin (tanpa digoreng)," tutur Aita.
4. Penggunaan minyak sawit dan kelapa
"Minyak ini (sawit dan kelapa) mengandung lemak jenuh dan tidak memiliki nutrisi tambahan, jadi saya sarankan untuk menggunakannya dalam jumlah sedang," ungkap Aita.
Hal itu sepertinya didukung oleh Sollid. Ia menambahkan, "Konsumsi minyak terhidrogenasi parsial (minyak kelapa dan palm) meningkatkan kolesterol total dan LDL serta trigliserida darah yang meningkatkan risiko penyakit jantung."
5. Minyak kanola dan zaitun kurang sehat
Ahli diet asal AS, Pegah Jalali, MS, RD menganggap minyak kedelai dan minyak kanola pilihan kurang sehat dibanding dengan minyak alpukat dan minyak zaitun.
"Minyak kanola dan kedelai mengandung lemak omega-6 lebih tinggi dibanding jenis lemak lainnya. Berarti mereka mudah terurai menjadi metabolit yang bersifat inflamasidiet khas Amerika yang tinggi lemak omega-6. Tubuh kita hanya membutuhkannya dalam jumlah kecil, bukan dalam jumlah besar" jelas Jalali.
(dwa/odi)
Menurut Kris Sollid, ahli diet terdaftar sekaligus direktur komunikasi nutrisi di International Food Information Council Foundation, semua minyak goreng mengandung ragam jenis lemak jenuh dan tak jenuh.
Untuk itu, ketahui kandungan lemak jenuh dan tak jenuh dari minyak goreng yang biasa Anda pakai. Anda juga perlu mengetahui penggunaan dari minyak goreng yang tepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Beberapa minyak goreng mengandung lebih banyak lemak tertentu, tidak ada minyak goreng yang hanya mengandung satu jenis lemak. Minyak goreng dianggap sehat jika kaya akan lemak tak jenuh. Minyak goreng yang dianggap kurang sehat biasanya mengandung lemak jenuh atau lemak trans yang tinggi," jelas Sollid pada This Is Insider (18/3).
Minyak kanola, zaitun, dan kedelai memiliki campuran lemak tak jenuh yang sehat untuk jantung
2. Kandungan lemak dalam minyak zaitun, kanola, minyak sayur, dan nabati
![]() |
Karenanya minyak goreng yang dijual bebas seperti minyak kanola, zaitun, dan kedelai masuk dalam daftar minyak goreng sehat. Karena jenis minyak inimengandung lemak tak jenuh yang baik bagi jantung.
"Minyak zaitun mengandung lemak tak jenuh tunggal (MUFA) yang tinggi tapi juga mengandung sedikit asam alfa-linolenat (ALA), jenis lemak omega-3 poliunsaturated (PUFA) yang bermanfaat," tutur Sollid. Manfaat lain dari lemak tak jenuh tunggal ialah menurunkan kolesterol LDL.
Sama seperti minyak zaitun, minyak kanola juga sumber MUFA. "Dibanding minyak zaitun, minyak kanola mengandung lebih sedikit MUFA tapi lebih sedikit lemak jenuh dan kaya akan lemak ALA omega-3," tambahnya.
Lebih lanjut Sollid menjelaskan bahwa minyak kanola punya lemak jenuh paling sedikit dan lemak omega-3 ALA paling banyak daripada minyak goreng biasa.
![]() |
Terakhir, minyak kedelai atau umum disebut minyak sayur. Jenis minyak goreng yang satu ini mengandung lebih sedikit MUFA daripada minyak zaitun. Namun minyak goreng ini kaya akan lemak PUFA dan ALA omega-3. "Asam lemak tak jenuh ganda (seperti Omega-3 dan omega-6) tingkatkan kesehatan tubuh dengan membantu mengurangi kolesterol total dan LDL yang bagus untuk kesehatan jantung," jelas pakar nutrisi itu.
Tak hanya tiga jenis minyak goreng itu, Sollid juga menuturkan jika minyak nabati dan kacang-kacangan mengandung sedikit lemak trans. Karenanya keduanya minyak itu dianggap lebih sehat daripada mentega.
"Manfaat minyak goreng yang menyehatkan jantung jauh lebih penting daripada kekhawatiran soal kandungan lemak trans," kata Sollid. Faktanya, minyak goreng punya sedikit lemak trans dibanding butter atau produk hewani lain yang mengandung lemak trans alami.
3. Sesuaikan jenis minyak goreng dengan makanan yang dimasak
![]() |
Chef yang sadar soal kesehatan akan memilih minyak goreng berdasarkan apa yang mereka masak. Hal itulah yang dilakukan executive chef di The Little Beet Table, restoran yang bebas sayuran, bebas gluten di New York City dan Chicago, Matt Aita.
Bukan minyak goreng biasa, Aita justru merekomendasikan minyak alpukat untuk memasak. Alasannya karena minyak itu tinggi asam lemak tak jenuh tunggal yang bisa tingkatkan kadar kolesterol sehat sekaligus penyerapan beberapa nutrisi.
Menurutnya titik asap tinggi (high smoke point) minyak alpukat dirasa jadi pilihan baik untuk memasak. Karenanya ia juga menganjurkan penggunaan minyak kanola yang memiliki high smoke point lebih besar dibanding minyak zaitun.
![]() |
Meski begitu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa titik asap bukan prediktor akurat dalam memasak.
Sedangkan untuk sajian dingin alias tanpa digoreng, chef Aita merekomendasikan biji rami atau flaxseed dan minyak zaitun. "Minyak biji rami berpotensi kurangi gejala radang sendi tapi saya sarankan untuk sajian dingin (tanpa digoreng)," tutur Aita.
4. Penggunaan minyak sawit dan kelapa
![]() |
"Minyak ini (sawit dan kelapa) mengandung lemak jenuh dan tidak memiliki nutrisi tambahan, jadi saya sarankan untuk menggunakannya dalam jumlah sedang," ungkap Aita.
Hal itu sepertinya didukung oleh Sollid. Ia menambahkan, "Konsumsi minyak terhidrogenasi parsial (minyak kelapa dan palm) meningkatkan kolesterol total dan LDL serta trigliserida darah yang meningkatkan risiko penyakit jantung."
5. Minyak kanola dan zaitun kurang sehat
![]() |
Ahli diet asal AS, Pegah Jalali, MS, RD menganggap minyak kedelai dan minyak kanola pilihan kurang sehat dibanding dengan minyak alpukat dan minyak zaitun.
"Minyak kanola dan kedelai mengandung lemak omega-6 lebih tinggi dibanding jenis lemak lainnya. Berarti mereka mudah terurai menjadi metabolit yang bersifat inflamasidiet khas Amerika yang tinggi lemak omega-6. Tubuh kita hanya membutuhkannya dalam jumlah kecil, bukan dalam jumlah besar" jelas Jalali.