Semua orang mengakui bahwa aroma sedap makanan akan membuat orang ingin makan. Seperti aroma harum mentega, roti yang sedang dipanggang atau bawang putih tumis. Karena itu penjual makarna juga memakai aroma makanan untuk menarik selera makan. Meski rasanya tak terlalu enak orang cengderung melahapnya.
Baca juga : Dibandingkan Lidag, Hidung Lebih Berperan Dalam Menentukan Rasa Makanan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dilaporkan oleh newatlas.com (5/7/) sebuah penelitian dilakukan di University of California, Berkeley, yang dipimpin oleh Prof. Andrew Dillin dan Celine Riera. Penelitian ini menggunakan terapi gen yang menghilangkan indera penciuman pada tikus dewasa.
Tikus tersebut akan kehilangan indera penciumannya selama tiga minggu. Selama tiga minggu, dua kelompok tikus berbeda diberi diet tinggi lemak. Meskipun keduanya makan dengan jumlah makanan yang sama, tikus yang kehilangan indera penciumannya mengalami kenaikan bobot 10%, sedangkan tikus yang lain bobotnya naik 100%.
Selain itu peneliti mendapati tikus yang sudah gemuk dan daya penciumannya dihilangkan, berat badannya akan menjadi normal. Meskipun yang berkurang hanya kadar lemak, bukan otot atau massa tulang. Tikus yang mengalami gangguan glukosa menjadi normal kembali saat berat badannya berkurang.
![]() |
Meskipun para ilmuwan masih mencoba memahami apa yang terjadi terjadi, mereka percaya bahwa hal itu akan terjadi pada hewan lain dan juga manusia. Karena manusia lebih sensitif terhadap bau saat mereka lapar.
'Sistem sensorik berperan pada proses metabolisme tubuh. Berat badan tidak hanya dari kalori yang dikonsumsi, tetapi juga terkait dengan bagaimana makanan itu dirasakan', kata Dillin.
Menghilangkan indera penciuman tikus tentu saja berbahaya. Hal tersebut dapat membuat kadar noradrenalin pada tikus meningkat dalam jumlah besar yang menimbulkan hormon stres. Pada manusia dapat menyebabkan serangan jantung.
Baca juga : Mencium Wangi Buah-buahan Membuat Orang Memilih Makanan Lebih Sehat (odi/odi)