Food Network (29/3) mengungkap studi tahun 2014 yang dilakukan peneliti Harvard School of Public Health mengenai mie instan. Peneliti menemukan wanita yang makan mie instan setidaknya 2 kali seminggu memiliki risiko 68% lebih tinggi alami sindrom metabolik.
Sindrom metabolik merupakan sekumpulan kondisi kesehatan yang mencakup peningkatan tekanan darah, kadar gula darah dan kolesterol tinggi, dan obesitas. Juga faktor lain yang munculkan risiko tinggi atas penyakit jantung, stroke dan diabetes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Mie instan sangat tinggi sodium," jelas ahli gizi Michelle Dudash. Penelitiannya bersama tim berlangsung di Korea Selatan dimana konsumsi mie instan di sana adalah yang tertinggi di dunia dengan lebih dari 10.700 orang berusia antara 19-64 tahun.
Dudash juga menyoroti beberapa merek mie instan yang ditelitinya mengandung 72% jumlah sodium yang dianjurkan dikonsumsi setiap hari. Tak hanya itu, mie instan juga dibuat dengan tepung gandum halus, digoreng dengan minyak kelapa sawit dan hampir tidak mengandung sayuran.
Karenanya Dudash mengkategorikan mie instan sebagai sajian tidak sehat. "Tetapi salah satu merek mie instan ternama menawarkan pilihan sodium 35% lebih sedikit. Ini adalah langkah ke arah yang tepat," sambungnya.
![]() |
Dudash mengatakan tak mengapa konsumsi mie instan sekali-kali, tapi ia tidak menyarankan mengonsumsinya rutin. "Jikapun memakannya, coba konsumsi hanya setengah kemasan mie instan, pilih varian yang rendah sodium. Tambahkan bahan sehat ke dalamnya seperti tumisan sayuran atau protein sehat seperti daging ayam dan edamame," lanjut Dudash.
Trik lain untuk menyiasati mie instan lebih sehat adalah dengan merebus sendiri mie kering. Selanjutnya tambahkan kaldu buatan sendiri dan masukkan sayuran serta topping sehat lainnya.
(adr/odi)