5 Tren Makanan Sehat yang Populer ini Sebaiknya Ditinggalkan

Tren Makanan Sehat 2017

5 Tren Makanan Sehat yang Populer ini Sebaiknya Ditinggalkan

Maya Safira - detikFood
Rabu, 07 Des 2016 13:20 WIB
5 Tren Makanan Sehat yang Populer ini Sebaiknya Ditinggalkan
Foto: iStock
Jakarta - Setiap tahun ada perubahan baru dalam tren makanan sehat. Ada tren kesehatan yang sudah populer tapi belum tentu muncul lagi tahun depan.

Ada tren-tren makanan sehat yang sebenarnya agak aneh. Namun bisa populer di luar negeri, khususnya Amerika. The Campbell Times (06/12) merangkum beberapa tren makanan sehat populer yang sebaiknya ditinggalkan tahun depan.

1. Teh detoks

Foto: iStock
Teh detoks sangat terkenal pada tahun 2016 dan masih populer sampai sekarang. Teh ini mendapat perhatian karena diendorse selebriti seperti keluarga Kardashian sebagai penurun berat badan.

Tahun ini tren berlanjut dengan "resep buatan sendiri" untuk teh detoks yang bermunculan di media sosial. Namun, tren ini disebut perlu ditinggalkan karena punya efek samping buruk. Seperti insomnia, sakit perut dan masalah pencernaan. Dibanding minum teh detoks yang mahal, The Campbell Times menyarankan konsumsi teh hijau yang memberi semua manfaat yang diklaim teh detoks.

2. Kaldu tulang

Foto: iStock
Kaldu sempat menjadi tren di Amerika. Sampai kaldu dijual di tempat-tempat makanan sehat. Bila biasanya kaldu diminum bersama sayuran dalam sup, maka pada tren ini kaldu langsung diminum begitu saja. Para ahli kesehatan mempertanyakan keabsahan tren ini. Karena tidak diketahui berapa banyak nutrisi dalam kaldu yang diserap oleh tubuh. Menurut The Campbell Times, kaldu sebaiknya tidak dianggap sebagai pengganti makanan.

3. Obsesi kale

Foto: iStock
Kale memang termasuk superfood. Tapi sensasinya terlalu berlebihan. Meski rasanya pahit, tapi orang membuatnya jadi salad, menempatkan dalam sandwich sampai membuat kue. Disebutkan perut kita tidak bisa sepenuhnya mencernanya karena kandungan seratnya. Sebaiknya tidak mengabaikan sayuran yang sudah lama populer dan punya nilai nutrisi sama. Seperti bayam, brokoli dan selada romaine.

4. Asumsi bahwa

Foto: iStock
Salah satu tren yang berkembang beberapa tahun belakangan adalah pola makan bebas gluten. Secara medis, penyakit Celiac merupakan gangguan autoimun dimana usus kecil tidak dapat memproses gluten tanpa kerusakan, sehingga membutuhkan pola makan bebas gluten.

Namun, trennya justru untuk menurunkan berat badan. Label yang menyebutkan makanan bebas gluten bukan berarti produknya sehat. Beberapa makanan bebas gluten berisi gula bubuk dan sebagian minyak terhidrogenasi.

5. Segalanya organik

Foto: iStock
Sayuran dan buah organik sama sekali berbeda dengan makanan ringan olahan yang memakai bahan-bahan organik. Kebanyakan orang cenderung menganggap bahwa hanya karena suatu produk berlabel organik berarti baik bagi tubuh. Menurut The Campbell Times, ini tidak sepenuhnya benar.

Organik tidak berarti bebas pestisida. Beberapa produk organik, seperti gula tebu, pada dasarnya tetap buruk bagi tubuh. Misalnya saja ada soda organik di pasaran. Minuman ini cenderung mengandung gula lebih banyak dari soda reguler. Intinya adalah kandungan kalori tetap sama bagi tubuh, baik organik ataupun tidak.
Halaman 2 dari 6
(lus/odi)

Hide Ads