Puasa menjadi saat tepat untuk menahan sekaligus mendisiplinkan diri terhadap makanan dan minuman. Tapi kebiasaan yang dibangun selama 30 hari dapat berubah saat Idul Fitri tiba.
Dokter dan ahli gizi mendorong orang untuk tetap menjalani pola makan seperti biasa ketika lebaran tiba, lapor Gulf News (05/07). Agar tidak memberi hentakan pada metabolisme tubuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dr Gulzar mengatakan kelebihan insulin punya efek samping. "Bila orang makan banyak karbohidrat yang jadi sajian utama lebaran, ini akan diubah jadi lemak oleh insulin dan tersimpan dalam tubuh kita. Tubuh tidak mudah menghilangkan lemak tersebut dan hasilnya adalah peningkatan berat badan," tambahnya.
Karbohidrat tak hanya ada pada nasi. Tapi bisa juga dari jus buah dan camilan tinggi karbohidrat lainnya. Seperti dessert, kue manis dan cake.
Tingginya pelepasan insulin pun dapat menghasilkan reactive hypoglycaemia, lanjut Dr Gulzar. Karena tubuh tiba-tiba menghadapi timbunan makanan tinggi karbohidrat, kelebihan insulin menyebabkan penurunan gula darah lebih lanjut.
"Penurunan gula darah membuat perubahan suasana hati, mudah marah, dan lapar. Lebih banyak insulin mendorong keinginan untuk makan lebih karbohidrat dan ini berubah jadi lingkaran setan," ucap Dr Gulzar.
Untuk memotong lingkaran ini, perlu pola makan tepat setelah Ramadan agar kembali pada kebiasaan. Rasio diet biasanya dengan konsumsi 40-50 persen karbohidrat, 30 persen protein dan 20 persen lemak. Tak ketinggalan asupan air.
"Minum setidaknya 2,5 liter air sepanjang hari untuk melawan dehidrasi dan membantu tubuh mengeluarkan racun," sarannya.
![]() |
"Tubuh Anda perlu 21 hari untuk terbiasa pada pola gaya hidup tertentu. Jadi setelah 30 hari Ramadan, Anda cenderung mengacaukan rutinitas itu. Ini bisa memicu gangguan pencernaan dan keasaman menjadi refluks gastroesophageal serius pada beberapa orang. Perubahan tidak hanya berdampak pada sistem pencernaan, tapi juga mengganggu sistem hormon dan metabolisme, memicu kenaikan berat badan," pungkas Sarkar. (lus/odi)