Jangan Makan Berlebihan Saat Lebaran, Ini Alasannya!

Jangan Makan Berlebihan Saat Lebaran, Ini Alasannya!

Maya Safira - detikFood
Rabu, 06 Jul 2016 13:17 WIB
Foto: Detikfood/Getty Images
Jakarta - Lebaran identik dengan makan besar. Padahal setelah sebulan berpuasa, penting untuk menjaga pola makan sehat dan hindari makan berlebih di hari raya.

Puasa menjadi saat tepat untuk menahan sekaligus mendisiplinkan diri terhadap makanan dan minuman. Tapi kebiasaan yang dibangun selama 30 hari dapat berubah saat Idul Fitri tiba.

Dokter dan ahli gizi mendorong orang untuk tetap menjalani pola makan seperti biasa ketika lebaran tiba, lapor Gulf News (05/07). Agar tidak memberi hentakan pada metabolisme tubuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama sebulan berpuasa, tubuh kita menyesuaikan diri dengan rasa lapar dalam waktu lebih lama. Jadi jika orang makan berlebih saat Idul Fitri, meski tubuh kita cepat beradaptasi dengannya, ini juga memicu pelepasan berlebih insulin sehingga terjadi lonjakan tingkat gula darah ," ungkap Dr Zain Gulzae, consultant endocrinogolist dan medical director di klinik diabetes RAK Hospital Dubai kepada Gulf News.

Dr Gulzar mengatakan kelebihan insulin punya efek samping. "Bila orang makan banyak karbohidrat yang jadi sajian utama lebaran, ini akan diubah jadi lemak oleh insulin dan tersimpan dalam tubuh kita. Tubuh tidak mudah menghilangkan lemak tersebut dan hasilnya adalah peningkatan berat badan," tambahnya.

Karbohidrat tak hanya ada pada nasi. Tapi bisa juga dari jus buah dan camilan tinggi karbohidrat lainnya. Seperti dessert, kue manis dan cake.

Tingginya pelepasan insulin pun dapat menghasilkan reactive hypoglycaemia, lanjut Dr Gulzar. Karena tubuh tiba-tiba menghadapi timbunan makanan tinggi karbohidrat, kelebihan insulin menyebabkan penurunan gula darah lebih lanjut.

"Penurunan gula darah membuat perubahan suasana hati, mudah marah, dan lapar. Lebih banyak insulin mendorong keinginan untuk makan lebih karbohidrat dan ini berubah jadi lingkaran setan," ucap Dr Gulzar.

Untuk memotong lingkaran ini, perlu pola makan tepat setelah Ramadan agar kembali pada kebiasaan. Rasio diet biasanya dengan konsumsi 40-50 persen karbohidrat, 30 persen protein dan 20 persen lemak. Tak ketinggalan asupan air.

"Minum setidaknya 2,5 liter air sepanjang hari untuk melawan dehidrasi dan membantu tubuh mengeluarkan racun," sarannya.

Sementara itu, ahli gizi klinis Dubai, Mitun De Sarkar, menjelaskan kenapa penting bagi tubuh menyesuaikan diri dengan interval makan reguler setelah 30 hari puasa.

"Tubuh Anda perlu 21 hari untuk terbiasa pada pola gaya hidup tertentu. Jadi setelah 30 hari Ramadan, Anda cenderung mengacaukan rutinitas itu. Ini bisa memicu gangguan pencernaan dan keasaman menjadi refluks gastroesophageal serius pada beberapa orang. Perubahan tidak hanya berdampak pada sistem pencernaan, tapi juga mengganggu sistem hormon dan metabolisme, memicu kenaikan berat badan," pungkas Sarkar. (lus/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads