Klinik di Inggris Peringatkan Bahwa Media Sosial Bisa Picu Gangguan Makan

Klinik di Inggris Peringatkan Bahwa Media Sosial Bisa Picu Gangguan Makan

Maya Safira - detikFood
Kamis, 12 Mei 2016 18:49 WIB
Foto: obsev/the telegraph
Jakarta - Blog makanan dan media sosial bisa memicu anoreksia serta gangguan makan pada anak muda. Hal ini diperingatkan oleh sebuah klinik kesehatan eksklusif.

Para spesialis di Priory Clinic Inggris mengatakan media sosial seperti Facebook dan Instagram memungkinkan orang tanpa kualifikasi medis atau kesehatan memasarkan rancangan diet tidak ilmiah dan mungkin berbahaya, lapor The Telegraph (10/05). Tren makanan sesaat seperti 'spiralising' dimana sayuran dipotong memanjang sebagai pengganti spaghetti, dan membuat jus juga bisa berbahaya jika tidak dikonsumsi sebagai bagian diet seimbang, ungkap ahli.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebuah hal umum yang kita lihat dimana teman satu grup di sekolah memutuskan mengikuti seseorang dianggap modis yang mereka lihat di Instagram atau Facebook. Sebagian besar dari anggota kelompok menyerah tak lama kemudian. Namun orang yang perfeksionis, cemas dan rendah diri, mungkin mematuhi diet sampai tahapan luar biasa dan membangun sebuah gangguan," ungkap Alexia Dempsey, spesialis gangguan makan (eating disorder) di Priory's Roehampton hospital.

Ia takjub betapa banyak pasiennya punya akun Instagram dan mengikuti pakar diet di media sosial. Mereka mempercayai apa yang ditulis adalah sebuah kebenaran.

Penelitian Oxford University baru-baru ini pun menyebut anoreksia bisa "menular" dikalangan pelajar wanita di sekolah. Dempsey mengatakan kliniknya memang sering diisi oleh pasien usia sekolah.

"Kami punya gadis-gadis yang datang mengatakan mereka minum jus sayuran hijau untuk "asupan oksigen" pada darah mereka, atau makan zucchini 'pasta' spiral dengan alpukat, yang tidak bisa dianggap makanan bergizi lengkap," ujarnya.



Menurut Dempsey, pasien muda itu mendapat informasi bahwa semua gula bersifat buruk. Mereka juga mengonsumsi banyak teh hijau atau teh diuretik.

"Minggu lalu saya diberitahu oleh pasien kalau jahe bisa menyembuhkan kanker. Ini semua berasal dari internet dan saran ini berbahaya, itu tidak akurat secara ilmiah atau berdasarkan bukti yang kuat," tegas Dempsey.

Dempsey menambahkan bahwa para pekerja di klinik terus meyakinkan pasien agar lebih kritis terhadap tulisan penulis makanan yang mereka baca. "Karena mereka (penulis) mempromosikan gaya hidup mereka di media sosial, yang sering disponsori produk yang mereka gunakan. Tidak tampak mereka berinvestasi untuk efek jangka panjang," jelasnya.



Wanita ini juga menyampaikan bahwa penulis di media sosial seringkali tidak berpengalaman atau profesional terdaftar di bidang kesehatan. Namun pengaruh mereka pada gadis muda yang rentan sangatlah besar. Ada banyak sekali ilmu buruk di luar sana, ungkap Dempsey.

Sementara itu, jumlah remaja pengidap gangguan makan yang dirawat di rumah sakit telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2010-2011 jumlahnya dibawah 1.000 orang usia 13-19 tahun. Namun tahun 2013-2014 jumlah jadi meningkat lebih dari 1.800 pasien.

Pada tahun 2015, Priory Group yang memiliki 327 fasilitas kesehatan di Inggris menampung 121 pasien dengan usia di bawah 18 tahun akibat gangguan makan. Jumlah ini naik dari 85 orang pada tahun 2010. Diantara pasien yang dirawat tahun 2015 itu, usia paling banyak ditemui adalah 14 tahun. (msa/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads