Survei dilakukan tahun 2000, dan dari tahun 2009 - 2011 terhadap 12 dari 31 propinsi di China yang populasinya sekitar 48% populasi China.
Dilansir China Daily (19/2), hasil survei menunjukkan rata-rata asupan garam penduduk China menurun hingga 22,2%. Jika di tahun 2000 asupan garam sebanyak 11 gram per hari, maka di tahun 2009 sebanyak 9,2 gram per hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asupan garam dan sodium yang berasal dari kecap, makanan cepat saji, dan acar di Tiongkok menurun sebanyak 12,3 %, semula 6,4 gram per hari menjadi 5,6 gram per hari.

Penurunan paling dramatis tercatat di Jiangxi, Hubei dan Sichuan. Asupan garam di masing-masing provinsi mengalami penurunan hingga lebih dari 40 persen, meskipun tetap lebih tinggi dari batas yang direkomendasikan WHO.
WHO merekomendasikan sebaiknya asupan garam tak lebih dari 5 gram dan asupan sodium juga tak lebih 2 gram per hari.
“Kendati terjadi penurunan asupan garam secara signifikan pada warga China dalam kurun waktu 10 tahun ini, namun masih jauh dari batas ideal asupan garam,” ujar Wu.
Meningkatnya jumlah warga yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan sejumlah penyakit kronis lainnya menunjukkan jika China memang perlu membuat aturan ketat untuk membantu mengurangi asupan garam warganya.

“Pola makan di China mengalami perubahan, sekarang lebih banyak orang menyimpan makanan dan mengawetkannya di dalam kulkas,” lanjutnya.
Tingginya asupan garam dan sodium terjadi karena adanya penambahan garam dan bumbu lainnya saat ingin mengolah makanan dan juga meningkatnya konsumsi makanan olahan seperti makanan cepat saji.
Karenanya diperlukan upaya lebih lanjut untuk membatasi asupan garam dan natrium, WHO telah mengusulkan sembilan target penyakit tidak menular untuk segera diantisipasi. Salah satunya dengan cara mengurangi asupan garam agar dapat menekan angka risiko hipertensi.
(lus/odi)