Baru-baru ini sebuah penelitian ilmiah menunjukkan jika sebenarnya anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Bahkan mengurangi makanan berkarbohidrat dan menggantinya dengan makanan kaya lemak nabati justru disarankan agar tak mudah lapar.
Dilansir dari Tech Insider (9/2), salah satu ahli gizi, Dr. David Ludwig dari Harvard Medical School mengungkapkan analisa ilmiahnya mengenai suatu makanan.
Dalam bukunya “Always Hungry?” ia menguraikan tentang bagaimana berfokus dengan makanan apa yang kita makan, bukan sekadar memikirkan jumlahnya saja. Ludwig juga mengusulkan hipotesis alternatifnya mengenai pemikirannya ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ludwig, saat tubuh kita mengonsumsi karbohidrat olahan seperti roti dan biskuit, yang terjadi adalah meningkatnya kadar insulin dalam tubuh. Insulin dapat membuat lemak menyedot kalori di dalam tubuh. Sehingga dengan banyak kalori yang tersimpan pada lemak, membuat jumlah kalori dalam darah pun menjadi lebih rendah sehingga otak mengirimkan sinyal lapar ke tubuh.
Lantas bagaimana caranya mengerem siklus tersebut? Tentu saja dengan mengurangi konsumsi makanan karbohidrat terutama yang mengandung gula tambahan. Sebaiknya mulai tingkatkan konsumsi lemak. Tentu jenis lemak yang baik bagi tubuh adalah lemak nabati.
“Cara terbaik adalah dengan meningkatkan jumlah lemak yang dikonsumsi. Hal ini bisa dianggap sebagai pengganti karbohidrat. Lemak biasanya akan dimanfaatkan para chef untuk menciptakan rasa lezat pada makanan,” ujar Ludwig.
Kendati berlawanan dengan anggapan banyak orang, penelitian menemukan fakta jika mengganti makanan berkarbohidrat dengan makanan kaya lemak dapat menurunkan risiko penyakit hati. Juga menurunkan tekanan darah.
Ludwig merekomendasikan makanan kaya lemak nabati seperti alpukat, minyak zaitun, dan kacang-kacangan. Tentu saja konsumsi makanan berlemak ini harus diimbangi dengan makanan sehat lainnya seperti buah-buahan, sayur, dan sumber protein.
(msa/odi)