Tren detoks semakin populer karena tingginya tingkat stres masyarakat urban. Banyaknya orang yang takut sakit dan semakin baiknya teknik pemasaran membuat detoks dikenal sebagai diet sehat untuk kesehatan sekaligus turunkan berat badan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut beberapa ahli gizi, detoks perlu dilakukan, akan tetapi dalam jangka waktu yang pendek. Rita Ramayulis DCN, M.Kes menjelaskan bahwa untuk menjalankan diet detoks jus, sebaiknya lakukan tak lebih dari dua hari. Hal ini dikarenakan detoks jus atau buah yang dilakukan jangka panjang dapat menimbulkan defisiensi protein.
“Jika protein dalam tubuh berkurang maka akan mengganggu pembentukan hormon, jaringan otot, enzimatis dan juga jaringan sel. Selain itu, kekurangan protein juga dapat sebabkan penurunan masa otot,” ujar ahli gizi yang juga menulis buku diet REST ini.
Pendapat lainnya juga dikemukakan oleh Jansen Ongko, Msc, RD (05/01) selaku Registered Dietitian sekaligus pendiri Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia. Ia berpendapat bahwa menjalankan diet detoks dengan cara yang keliru dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti sakit kepala, dehidrasi, mual dan lemas serta malnutrisi.
Menurut Rita, detoks seringkali digunakan dengan paduan jus sayur dan buah. “Menurut penelitian, di dalam sayur dan buah terkandung koenzim P450. Koenzim P450 ini merupakan koenzim yang dikeluarkan oleh hati yang akan membuat zat-zat metabolik toksik di dalam tubuh menjadi tidak toksik. Sehingga orang berasumsi mengonsumsi jus sayur dan buah karena mengandung koenzim ini,” jelas Rita saat diwawancarai oleh detikFood pada (05/01).
Efek negatif bisa ada dan tidak, tergantung dari kondisi tubuh dan cara detoks yang digunakan. “Detoks ekstrim dapat menimbulkan efek negatif seperti hipotermia, pusing, mata berkunang, diare hingga lemas,” ujar Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS, selaku ahli gizi pada (06/01).
Hardinsyah sangat menyarankan agar sebelum melakukan detoks jangka panjang, ada baiknya untuk konsultasi terlebih dahulu dengan para ahli seperti ahli gizi ataupun dokter. Menurutnya, detoks penting dilakukan paling tidak setahun sekali untuk membantu tubuh membersihkan cemaran polusi atau racun yang masuk ke dalam tubuh melalui udara (pernafasan), minuman ataupun makanan.
(lus/odi)