Ternyata, tak semua tren detoks yang dijalani oleh banyak orang itu tepat. Jansen Ongko, Msc, RD, yang merupakan seorang Registered Dietitian berpendapat bahwa tren detoks ini harus diwaspadai. “Kebanyakan caranya keliru dan berpotensi membahayakan tubuh. Efeknya bahkan bisa mengakibatkan malnutrisi,” demikian penjelasan tertulisnya pada detikFood (4/1).
Leona Victoria Djajadi MND, yang juga seorang konsultan nutrisi berujar hal yang sama. “Sebenarnya tubuh kita tak perlu detoks karena tubuh punya pengaturan alami asam basa dari hati dan ginjal, keduanya adalah organ penyaring,” jelas Victoria lewat wawancara tertulis (4/1).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain detoks tersebut, sistem detoks lainnya harus diperhatikan dan ditanyakan pada dokter atau ahli gizi. “Salah satunya yang termasuk tidak aman adalah detoks dengan lemon. Biasanya, orang yang mencoba detoks ini hanya mengonsumsi air lemon, air gula, dan cabai bubuk. Jelas ini tak masuk akal, karena konsumsi tersebut tak mencukupi kebutuhan nutrisi sehari-hari,” ungkap Leona Victoria Djajadi.
Pemahaman detoks bagi sebagian orang memang sering salah kaprah. Menurut Jansen Ongko, mengikuti tren detoks juga harus mengikut aturan. Tak perlu menghindari semua makanan, pada dasarnya minuman berkafein seperti kopi, teh, dan makanan manis masih bisa dimakan asal dalam jumlah wajar. Sehingga, sumber protein, vitamin, zat besi, antioksidan, dan lain-lain bisa didapat tubuh.
“Apalagi, paduan menu tersebut juga harus diimbangi dengan olahraga yang cukup,” jelas Jansen yang juga menjadi penulis buku kesehatan ini.
Bahkan sebagai seorang ahli gizi, Jansen tidak pernah menyarankan pasiennya untuk mengikuti detoks. Karenanya, ia tak pernah tahu bahwa ada seseorang yang benar-benar berhasil dalam menjalankan detoks.
“Detoks yang menurut beberapa orang memiliki manfaat meningkatkan kekebalan tubuh serta energi serta menurunkan berat badan juga belum terbukti secara ilmiah. Detoks yang salah juga bisa berdampak buruk bagi tubuh, seperti sakit kepala, dehidrasi, mual, lemas, hingga malnutrisi,” tulis Jansen menutup penjelasannya.
(tan/odi)