Apa Bedanya Sirup Jagung dan Gula?

Apa Bedanya Sirup Jagung dan Gula?

Lucia Essy Heriana - detikFood
Senin, 07 Des 2015 15:17 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta -

Rasa sirup jagung dan gula memang sama-sama manis di lidah. Namun, rasa yang sama bukan berarti menandakan bahwa kandungan nutrisinya juga sama.

Peneliti masih memperdebatkan perbedaan efek kesehatan pada manusia dari sirup jagung tinggi frukosa dan gula. Isu ini sempat menjadi kasus hukum.

​Tim ahli hukum​ yang mewakili perusahaan gula mengatakan bahwa sirup jagung tidak bisa dibandingkan dengan gula. Sementara itu, ​tim ahli hukum​ yang mewakili sirup jagung mengatakan, sirup jagung dan gula memiliki kandungan kalori dan efek yang sama untuk tubuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masing-masing penggugat menggugat pihak lainnya. Masalah ini bersumber ketika penyulingan gula yang dilakukan pada 2011, perusahaan sirup jagung mengklain sirup jagung tinggi frukosa atau high-fructose corn syrup (HFCS) adalah gula jagung dan alami. Menurut perusahaan gula, ini tidak tepat. Pada tahun 2012, Badan Administrasi Obat dan Makanan Amerika (FDA) menyebutkan bahwa sirup jagung tidak bisa disebut sebagai gula.



Produsen gula menuntut $1,1 milyar atau setara dengan Rp151 triliun dari penyulingan jagung sebagai kompensasi kerugian karena klaim sirup jagung tersebut.

Perusahaan sirup jagung juga menuntut sebesar $530 juta atau Rp 7,3 miliar sebagai gugatan balik. Mereka menyebut sirup jagung sama dengan gula jika dilihat dari sudut nutrisi, yang secara ilmiah dikenal dengan nama sukrosa.

Para ahli kesehatan mengatakan, sirup jagung dan gula tidak memiliki manfaat kesehatan secara khusus. “Mungkin ada sedikit perbedaan antara HFCS dan sukrosa dalam mempengaruhi tubuh,” ujar Kimber Stanhope, rekanan peneliti dari ilmu molukuler di University of California. Penelitian Stanhope sebelumnya fokus pada studi klinis mengenai efek diet pada perkembangan gangguan metabolisme.

Gula dan HFCS secara konsisten mengandung dua molekul sederhana yang sama yaitu fruktosa dan glukosa. Namun, molekul glukosa dan fruktosa pada gula saling berhimpitan satu sama lain, sementara pada HFSC tidak.



“Karena HFSC berisi glukosa dan fruktosa yang tidak saling terikat, substansi ini bisa berpindah dari pencernaan ke pembuluh gula lebih cepat dibanding gula. Dengan sukrosa, penyerapan ke pembuluh darah mungkin lebih lambat​," kata Stanhope. ​

Perbedaan lain dari sukrosa adalah terbuat dari 50 persen glukosa dan 50 persen fruktosa. Sementara HFCS terdiri dari 45 persen glukosa dan 55 persen fruktosa.

Tetapi, kemampuan HFCS untuk bergerak ke aliran darah lebih cepat dan ini menjadi efek kesehatan yang masih belum jelas. Studi telah menunjukkan bahwa HFCS dan gula dapat meningkatkan risiko kardiovaskular. Tidak semua bahan yang ​alami ​itu aman.

Produk yang mengandung gula atau HFCS juga memiliki jumlah fruktosa yang berbeda. Gula menyimpan 50 persen glukosa dan 50 persen fruktosa. Sedangkan HFCS mengandung 45 persen glukosa dan 55 persen fruktosa.

Fruktosa ​mengalami ​metabolisme​ di hati​ dan jika Anda mengonsumsi terlalu banyak fruktosa maka fruktosa akan berubah menjadi lemak. Lemak akan dikirim ke dalam darah dalam bentuk trigliserida dan kolestrol yang dapat meningkatkan risiko kardiovaskular, diabetes, dan gangguan hati.

Kelebihan glukosa dalam tubuh disimpan sebagai glikogen atau karbohidrat kompleks yang dapat digunakan sebagai energi. Tingkat fruktosa dalam darah tidak diatur oleh hormon insulin dan kelebihan fruktosa tidak disimpan sebagai glikogen.

(adr/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads