Kecanduan makanan berbeda dengan orang yang kecanduan kokain atau heroin. Sebuah studi menemukan orang yang kegemukan mengalami ngidam karena otaknya sudah terprogram untuk terus makan.
Seperti dilansir CBSNews (01/09/15), hasil penelitian dipresentasikan pada konferensi European College of Neuropsychopharmacology. Penelitian ini dilakukan oleh kelompok peneliti internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya, bahwa kecenderungan untuk menginginkan makanan dapat terprogram dalam otak orang yang kelebihan berat badan. Dari pada orang dengan berat badan normal.
"Jadi orang yang mengalami obesitas mengalami rangsangan pada makanan lebih besar, ini terjadi di daerah-daerah otak yang kita sebut 'pusat reward,' di mana ia mengendalikan perilaku kita berdasarkan reward dan stimulasi, daripada orang dengan berat normal." ujar Dr Holly Phillips, kontributor medis CBSNews.
Oleh karena itu,Phillips memperingatkan bahwa membandingkan kecanduan makanan dengan kecanduan narkoba adalah hal yang kontroversial. Karena kecanduan makanan bukan merupakan hal medis. Sedangkan kecanduan narkoba menyebabkan perubahan neuron di otak sehingga cara kerja otak pun menjadi berubah.
Meskipun kecanduan makanan dan narkoba dapat menyebabkan kelakuan yang sama. Seperti tidak mampu memutus kebiasaan dan kehilangan kontrol diri. Makanan yang dinginkan para pecandu makanan adalah makanan yang tinggi indeks glikemik yang tinggi gula, garam dan lemak. Makanan inilah yang memicu kenaikan gula darah.
Di Amerika Serikat, menurut statistik pemerintah, 2 dari 3 orang dewasa dan sepertiga dari anak-anak mengalami obesitas .Orang yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan masalah kesehatan kronis lainnya.
(odi/odi)