Senyawa dalam Flaxseed dan Wijen Mampu Hambat Kenaikan Berat Badan

Senyawa dalam Flaxseed dan Wijen Mampu Hambat Kenaikan Berat Badan

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Senin, 31 Agu 2015 13:52 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - Studi terbaru menunjukkan konsumsi flaxseed dan wijen ternyata dapat membantu mencegah dan memperlambat kenaikan berat badan. Ini karena ​adanya ​senyawa lignan yang terkandung dalam biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan.

Seperti diberitakan Huffington Post (31/08/15), para peneliti di Harvard School of Public Health menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi makanan tinggi lignan cenderung mengalami penurunan berat badan dan dapat mempertahankannya dibandingkan wanita yang tidak mengonsumsi makanan tinggi lignan seperti flaxseed dan wijen.

Dalam studi ini para peneliti menganalisis data dari sekitar 1000 wanita yang memberikan sampel urinnya di awal penelitian. Setelah 10 tahun, sampel ini diuji untuk melihat senyawa bernama enterodiol dan enterolactone. Kedua senyawa terbentuk ketika bakteri dalam usus memecah lignan dalam makanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada awal penelitian, wanita yang urinnya terkandung senyawa enterodiol dan enterolactone dalam jumlah tinggi memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) paling rendah. Contohnya wanita dengan enterolactone tinggi rata-rata memiliki IMT 24.6, sementara wanita yang memiliki enterolactone rendah rata-rata IMT-nya sebesar 27.5.

Selain itu, kandungan lignan yang tinggi juga berhubungan dengan kenaikan berat badan lebih sedikit dari waktu ke waktu. Tiap tahun, wanita dengan kadar enterodiol tinggi di urin mereka mengalami kenaikan berat badan 0.27 kg lebih sedikit dibanding mereka yang kadar enterodiolnya rendah.

“Hasil penelitian kami menunjukkan ekskresi urin yang lebih tinggi dari metabolit lignan, terutama enterodiol, berhubungan dengan kenaikan berat badan yang lebih lambat,” ujar seorang peneliti.

Peneliti menambahkan belum diketahui pasti bagaimana lignan dapat memperlambat kenaikan berat badan. Namun lignan memiliki struktur mirip thehormone estrogen dan mungkin mempengaruhi berat badan dengan cara mengikat reseptor estrogen.

“Penelitian ini hanya melihat kadar lignan dalam urin di satu titik waktu. Penelitian selanjutnya perlu mengukur kadar lignan lebih dari satu kali dan melibatkan partisipan dengan karakteristik berbeda seperti laki-laki atau wanita dari etnis berbeda,” pungkas peneliti.

(adr/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads