Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Biological Psychiatry menimbulkan kemungkinan bahwa diet tinggi lemak dapat menghasilkan perubahan dalam kesehatan dan perilaku.
Microbiome usus manusia terdiri dari triliun mikroorganisme yang banyak terdapat di saluran usus. Mikrobiome ini penting untuk membantu optimalkan fungsi fisiologis normal. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa perubahan dalam microbiome dapat menjadi media penyakit seperti gangguan neuropsikiatri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam penelitian yang dilansir dalam News Medical (31/03/2015), tikus dewasa akan diberi diet normal tetapi menerima transplantasi dari mikrobiota usus dari tikus donor yang telah diberi diet tinggi lemak. Kemudian tikus penerima akan di evaluasi untuk perubahan perilaku dan kognisinya.
Hewan-hewan yang menerima mikrobiome dengan diet tinggi lemak menunjukkan beberapa gangguan perilaku termasuk meningkatkan kecemasan, gangguan memori dan perilaku repetitif.
Selanjutnya, mereka menunjukkan banyak efek yang merugikan dalam tubuh termasuk peningkatan permeabilitas usus dan penanda inflamasi. Tanda-tanda peradangan di otak juga jelas dan mungkin telah berkontribusi terhadap perubahan perilaku.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa diet tinggi lemak mengganggu kesehatan otak, sebagian dengan mengganggu hubungan simbiosisi antara manusia dan mikroorganisme yang menempati trek pencernaan kita," tutur Dr John Krystal, seorang penulis studi sekaligus peneliti seperti dilansir The Daily Meal (30/03/2015).
Memang temuan ini memberikan bukti bahwa perubahan diet yang diinduksi ke microbiome usus yang cukup untuk mengubah fungsi otak bahkan tanpa adanya obesitas pada sampel. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya, yang telah membentuk hubungan antara berbagai kondisi kejiwaan dan gejala gastrointestinal.
Sayangnya, mekanisme mikrobiome usus mempengaruhi perilaku masih belum dapat dipahami dengan baik. Untuk itu masih diperlukan penelitian lanjutan dan sebaiknya seimbangkan konsumsi makanan rendah lemak seperti buah dan juga sayur. Karena kedua bahan makanan ini memiliki kandungan antioiksidan yang dapat membantu turunkan risiko depresi.
(lus/odi)