Studi terbaru dari Perelman School of Medicine University of Pennsylvania melihat keterkaitan antara kurang tidur dengan risiko obesitas. Menurut penulis senior dalam studi ini, Hengyi Rao, kurang tidur satu malam bisa mengubah fungsi 'salience network' dalam otak.
Salience network merupakan jalur dalam otak yang memandu pengambilan keputusan. Jaringan tersusun dari tiga bagian yang semuanya ada di area depan otak. Area ini secara kolektif terlibat dalam interpretasi emosi, persepsi sensorik dan strategi mental.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua partisipan kemudian diminta menghabiskan waktu lima hari berturut-turut (empat malam) berada di laboratorium. Pada hari pertama, mereka tidur selama 9 jam di tempat tidur. Hasil scan otak menunjukkan fungsi jaringan normal karena tidur yang baik.
Lalu sebanyak 34 partisipan dipilih secara acak berada di kelompok kurang tidur pada malam kedua. Mereka tetap terjaga sepanjang malam, sementara sisa partisipan mendapat 8 jam tidur.
Scan otak dilakukan kembali setelah semua peserta diizinkan bergerak, menonton televisi, membaca, bermain video, dan makan sebanyak yang mereka inginkan. Semua makanan dapat dipesan sesuai menu yang tersedia dan jumlah asupannya akan dicatat.
Hasilnya, partisipan yang berada dalam kelompok kurang tidur mengonsumsi 950 ekstra kalori selama malam mereka dipaksa terjaga. Ketika kalori dipecah tergantung kandungannya, peneliti menemukan perbedaan besar antar kelompok. Partisipan yang tidak tidur mengonsumsi lebih banyak lemak dan jauh lebih sedikit karbohidrat dibandingkan mereka yang tidur.
Peneliti menyimpulkan orang yang dipaksa tidak tidur, seperti pekerja di bidang militer, tenaga medis atau pengemudi truk, cenderung membuat pilihan makanan tidak sehat. Ini terjadi karena pergeseran aktivitas otak. Menurut Hengyi, mempertahankan tidur yang cukup dapat menjadi kunci menjaga berat badan dan pola makan sehat.
Ini menjadi studi pertama yang menghubungkan perubahan fungsi otak regional dengan asupan makanan setelah kurang tidur. Meskipun begitu, peneliti mengakui bahwa studi dipublikasikan dalam Scientific Reports tersebut baru mengeksplorasi dampak kurang tidur satu malam.
(msa/odi)