Diet Puasa, Diet yang Ampuh Turunkan Berat Badan, Diabetes dan Stroke!

Diet Puasa, Diet yang Ampuh Turunkan Berat Badan, Diabetes dan Stroke!

- detikFood
Kamis, 05 Feb 2015 13:33 WIB
Foto: Getty Images
Jakarta - Sebuah penelitian baru menyatakan bahwa diet bukanlah perkara makanan apa yang harus dimakan atau tidak boleh dimakan, fokus pada kalori dan nutrisi. Tetapi, diet itu tergantung dari waktu yang tepat untuk makan.

Dr. Satchidananda Panda, peneliti dari Salk Institute for Biological Studies, di La Jolla, California, Amerika Serikat telah melakukan pencobaan kepada dua ekor tikus. Tikus pertama yang telah dibatasi dan ditentukan jam makannya terbukti lebih kurus daripada tikus yang makan apa pun yang ia mau tanpa batas waktu tertentu.

Membuat jadwal khusus ternyata memang sangat berpengaruh besar dalam menurunkan berat badan, kata Dr. Panda. Tikus yang melakukan diet dengan makan sesuai jadwal tersebut itu pun malahan mempunyai otot-otot yang bagus serta mempunyai kadar kolesterol. Menurutnya tikus ini juga melakukan sedikit pelanggaran, yaitu makan dengan normal saat akhir pekan. Tetapi walaupun begitu, ia tetap lebih kurus dan berotot dibandingkan dengan tikus yang satunya lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penemuan ini pun lantas menjadikan diet puasa semakin populer. Di tahun 2012 saja, kita mengenal “Diet 8 Jam” yang juga dikerjakan oleh Dr. Panda. Adalagi diet 5:2, yaitu diet yang membust kita memakan apapun yang kita mau selama 5 hari, kemudian puasa selama 2 hari.

Penulis “The 8 Hour Diet” atau “Diet 8 Jam”, David Zinczenko juga mendukung peneliti ini. Dia pernah mengikutsertakan 150 relawan dalam gerakan ini dan hasilnya pun memuaskan. Tetapi Chistoper Ochner, seorang direktur dalam pengembangan penelitian di Rumah Sakit Mount Hospital yang fokus pada obesitas menyatakan bahwa hal ini belum tentu bisa terbukti sejauh belum terjadi pada manusia.

Jika yang menjadi masalah hanya soal waktu, seharusnya manusia tidak usah sarapan kemudian hanya makan pada larut malam. Hal ini tentu tidak membuat orang tersebut lebih kurus dari orang lain.

Dalam penelitian Dr. Panda, timnya membuat seekor tikus yang obesitas dengan kadar lemak dan gula tinggi dalam tubuhnya. Dalam satu set, tikus ini memakan apapun yang ia mau, kemudian set yang lain ditentukan dengan jangka waktu sembilan, sepuluh, dua belas, atau 15 jam. Bahkan kedua set memakai makanan yang tidak sehat, dan dalam kedua set si tikus ini memakan dengan lahap semua makanan yang tersedia.

Karena tikus yang dibatasi tersebut masih bisa makan apapun yang mereka inginkan tanpa batas waktu. Tidak ada satupun dari penelitian tersebut yang menemukan makanan dalam porsi yang besar , porsi kecil, maupun mengudap menemukan efek tertentu pada tubuh.

'Intinya adalah cara kita untuk membatasi waktu makan yang sebanding dengan jumlah waktu berpuasa,' Amandine Chaix, peneliti yang bekerja untuk Dr. Panda.

Semakin sempit celah kita dalam mengambil kesempatan untuk makan, maka semakin banyaklah kita akan kehilangan berat badan.

Para peneliti ini berpendapat kita sebenarnya sudah mempunyai jam alarm untuk makan pada tubuh masing-masing. Kolesterol akan hancur di dalam tubuh oleh asam empedu, yang dikontrol oleh enzim yang hadir saat kita terbangun di pagi hari. Si tikus ini mulai makan sesaat setelah bangun, yang membantu memecahkan kolesterol dengan efisien. Sedangkan, ketika tikus memakan apapun yang ia temui, organ hati mereka tidak dapat menggantikan proses produksi glukosa dalam tubuh. Hal ini tentunya akan membuat gula darah tinggi.

Manfaat puasa itu sendiri, setelah berpuasa, tubuh akan menggunakan lemak, dan bukan gula, yang merupakan sumber energi dalam tubuh. Selain itu, menfaat puasa tikus tersebut merasakan lebih sedikit resiko untuk terkena diabetes, stroke, dan penurunan kognitif. Apalagi, kabarnya, puasa dapat melindungi otak dari penyakit Alzheimer.

(tan/odi)

Hide Ads