Agar Cepat Sembuh, Saat Pilek Harus Makan dan Saat Demam Harus Puasa?

Agar Cepat Sembuh, Saat Pilek Harus Makan dan Saat Demam Harus Puasa?

- detikFood
Sabtu, 30 Agu 2014 09:57 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - Di Inggris, ada pepatah 'feed a cold, starve a fever'. Diyakini, orang yang mengalami pilek akan pulih jika makan. Sedangkan mereka yang demam akan cepat sembuh jika berpuasa. Apa alasannya?

Sekilas, pepatah tersebut terdengar benar karena pilek biasanya berlangsung 7-10 hari. Tanpa makan, tentu kita akan merasa lemah. Sebaliknya, demam biasanya berlangsung sebentar, 1-2 hari, dan ditambah kehilangan nafsu makan.

Cairan adalah unsur penting dan gizi dari makanan membuat sel-sel tubuh bisa berfungsi. Namun, kehilangan nafsu makan saat sakit yang disebut juga 'anoreksia karena infeksi' diketahui membantu mendorong sistem kekebalan tubuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah studi pada tahun 2002 menyebutkan bahwa 'feed a cold, starve a fever' bukan mitos. Ilmuwan dari Belanda meminta sukarelawan untuk berpuasa semalaman sebelum datang ke laboratorium untuk menjalani dua tes terpisah.

Pada kunjungan pertama mereka diberi makanan cair, sedangkan pada kedatangan kedua mereka hanya mengonsumsi air. Tes darah menunjukkan bahwa kadar gamma interferon naik rata-rata 450% setelah peserta makan dan berkurang jika mereka hanya meminum air. Gamma interferon adalah zat yang penting dalam memicu respons kekebalan tubuh terhadap infeksi, terutama akibat virus.

Sementara itu, puasa meningkatkan kadar sistem kekebalan tubuh lain. Puasa memberi sinyal kepada senyawa interleukin-4 rata-rata empat kali lipat. Senyawa ini berperan penting dalam melawan infeksi bakteri. Peran utamanya adalah mengatur reaksi kekebalan tubuh terhadap agen infeksi yang memasuki darah dan jaringan, namun belum menembus masing-masing sel.

Jadi, makan mendorong jenis kekebalan tubuh yang efektif melawan jenis infeksi akibat virus seperti saat pilek. Sementara itu, demam bisa disebabkan oleh bakteri infeksi, sehingga dengan tidak makan kita bisa mendorong jenis imunitas yang lain.

Namun, belum tentu juga penelitian ini benar. Penyebab demam yang paling umum adalah flu yang disebabkan virus, jadi teori tersebut tak begitu cocok. Apa lagi studi ini berskala kecil, hanya melibatkan enam sukarelawan. Sang penulis penelitian, Gijis van den Brink, pun mewanti-wanti agar kita tak mengubah kebiasaan makan untuk merespons penyakit hanya berdasarkan riset tersebut.

Selain itu ada penelitian terhadap tikus. Ketika kita hanya mengonsumsi 40% dari kalori normal dalam sehari, risiko infeksi dengan flu tak hanya lebih tinggi, tapi gejalanya juga semakin parah. Tikus-tikus itu juga lebih lama sembuh.

Sebuah studi menunjukkan bahwa pembatasan kalori memperpanjang harapan hidup tikus sebanyak 20-30% dan menurunkan risiko tumor. Namun, jika flu, bukti menunjukkan bahwa tikus lebih baik makan.

Kembali ke manusia, bukti ilmiah yang mendukung pepatah tersebut masih sedikit. Selain itu juga terdapat perdebatan sejarah dan linguistik soal asal-muasal pepatah tersebut.

Banyak yang menyebut penciptanya adalah Geoffrey Chaucer lewat kisah Canterbury Tales, namun pihak lain bersikeras bahwa frase tersebut tak ada di sana. Ada juga yang menduga pepatah tersebut lahir dari kesalahan terjemah, padahal yang dimaksud adalah 'feeding a cold would 'stave off' a fever' (makan saat pilek akan mencegah demam).

Sambil menunggu jawaban pasti, tampaknya makan adalah jalan terbaik, baik Anda sedang pilek ataupun demam. Penting untuk tetap memenuhi kebutuhan cairan sehari-hari dan makan agar tubuh kuat.

(fit/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads