Perut Kembung Setelah Makan Sayur Ternyata Sangat Baik untuk Kekebalan Tubuh

Perut Kembung Setelah Makan Sayur Ternyata Sangat Baik untuk Kekebalan Tubuh

- detikFood
Senin, 05 Mei 2014 16:47 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - Reaksi perut kembung yang timbul setelah konsumsi buah dan sayur sering membuat orang malas mengonsumsinya. Padahal, reaksi tersebut adalah hasil dari pencernaan mikroba dalam perut yang baik untuk peningkatan sistem imunitas.

Purna Kashyap seorang gastroenterologist di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota menyatakan makanan yang menyebabkan gas adalah satu- satunya cara mikorba dalam perut mendapatkan nutrisi. Jika kita tidak mengonsumsi karbohidrat, mikroba itu akan sulit hidup di perut manusia.

“Saat mikroba mengonsumsi makanan yang menyebabkan gas seperti serat dan karbohidrat, mereka membuat molekul yang meningkatkan sistem imunitas, menjaga saluran usus, dan mencegah infeksi,” tutur Purna kepada The Salt (05/05/2014).

Mikroba dalam perut terdiri dari ratusan bakteria berbeda dan organisme lainnya yang dikenal dengan nama archea. Banyak studi membuktikan semakin banyak serat yang dikonsumsi, semakin banyak tipe spesies bakteria muncul. Keragaman inilah yang memicu penurunan berat badan.

“Kebanyakan gas yang dibuat oleh mikroba tidak berbau karena kandungannya hanya karbon dioksida, hidrogen, atau methane. Tapi seringkali ada sedikit sulfur yang menyebabkan kentut menjadi bau,” tambah Purna.

Walau menyebarkan aroma menyengat, kandungan sulfur dalam sayuran mengandung manfaat kesehatan. Contohnya, brokoli, mustard, dan kubis kaya kandungan bernama sulforaphane yang sering dihubungkan dengan penurunan risiko kanker dan mengurangi jumlah udara dalam perut.

Menjaga bakteri baik dalam perut tak hanya melancarkan pencernaan dan mencegah kanker, tapi juga membantu penyerapan vitamin dalam bahan makanan seperti cokelat. Tim peneliti dari Louisiana State University menyatakan bakteri baik seperti Bifidobacterium membantu penyerapan polyphenol yang bermanfaaat menurunkan tekanan darah hingga anti inflamasi.

(dni/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads